Aku begitu merindukan Kenanga. Beberapa pesan yang kukirimkan padanya kerap ia balas dalam waktu yang lama, selalu terlambat. Ya, aku akui aku juga yang salah karena selalu mengirimi pesan kepada Kenanga saat malam hari. Pasti Kenanga sedang beristirahat saat-saat itu atau baru saja usai dari semua kegiatannya. Semua kegiatannya yang melelahkan itu.
Kalau dipikir-pikir, memang berat perjuangan Kenanga untuk mementaskan sebuah audio drama. Aku tak semestinya cemburu buta seperti kemarin. Bukannya menyemangatinya aku malah menyumpah dan berencana tidak akan menonton pertunjukkannya itu.
Tentu saja hal itu tidak perlu kulakukan. Kenanga ada perempuan yang berbeda dengan teman-teman perempuanku lainnya. Mereka diam-diam suka bermain api, sedangkan Kenanga tidak mungkin seperti itu. Kenanga bukan perempuan murahan, kuyakin itu.
Setelah lama menunggu, hari yang dinanti-nanti pun tiba. Kenanga memberikan informasi tentang kapan ia akan tampil. Kenanga lebih dahulu memberitahuku tentang jadwal perform-nya, baru kemudian informasi itu ia tulis di papan momen di beberapa aplikasi live streaming miliknya. Tentu saja aku jadi merasa istimewa karena didahulukan dari orang lain seperti ini.
Banner pengumuman pementasan drama audio sudah disebarkan dan kini hanya perlu menunggu hitungan hari. Rasanya tak sabar untuk menyemangati Kenanga. Rencananya aku akan top up koin virtual di aplikasi tempatnya tampil itu untuk nantinya kuberikan ia gifts yang lucu-lucu. Aku akan menjadi sosok yang misterius dan kalau pertunjukan itu sudah selesai, maka aku akan membuka penyamaranku dengan berkata bahwa aku adalah Usop, teman dekat yang selama ini menemaninya secara diam-diam.
Ini adalah waktunya Kenanga dan teman-temannya itu kembali melakukan latihan pementasan. Lagi-lagi aku datang sebagai sosok yang tidak dikenal oleh Kenanga. Aku sengaja datang lebih awal. Biasanya sebelum latihan tersebut dilakukan, ruang virtual itu akan diisi dengan obrolan-obrolan santai. Aku sedikit banyaknya ingin tahu berita-berita ter-update di tempat ini, siapa tahu itu berkenaan dengan Kenanga.
"Cin, tu orang dari jaman kapan parkun doang kerjaannya. Ada yang kenal dia ga?" salah seorang pengguna berkata dan pasti yang dimaksudkannya itu adalah aku.
"Oh, Horun? Dia udah pernah ngobrol kok sama gua, Jeju, Nowhere juga Bayu. Orangnya baik, tenang aja. Bukan akun pascol kok."
"Oh, oke."
Karena disinggung begitu, maka aku pun menulis di kolom komentar, "Sorry ya guys, saya numpang menyimak aja. Soalnya ada yang sambil saya kerjain di sini."
"Iya, Horun. Silakan. Lanjut, lanjut," jawab salah satu di antara mereka.
Tak lama setelah itu aku mendengar obrolan yang menggetarkan rongga-rongga dalam kepalaku. Rasanya hampir sama dengan mendengung dan hal itu membuat perasaanku tak nyaman, kepalaku juga akhirnya jadi terasa sakit.
"Gua ga sabar nyimak part yang dibawain Mawar dan Sastra."
"Sama, gua juga."
"Chemistry mereka tuh dapet banget, ya kan?"
"Gimana ga dapet banget, orang mereka pacaran!"
"Masa?"