Hari berganti. Sebuah pesan pribadi masuk ke kotak pesan dalam aplikasi live streaming yang kugunakan.
"Halo, Mas. Mas Usop lagi ngapain?" Ternyata ini adalah pesan dari Kenanga.
Melihat namanya di kotak pesan, aku masih merasa sedikit kesal dengan kabar yang beredar itu. Tentang hubungan yang dijalin Kenanga dengan laki-laki yang menjadi lawan mainnya di pementasan drama suara nanti. Namun, rasa rinduku bisa sedikit meluruhkannya.
Maka, pesannya itu pun kubalas seketika, tanpa menunggu waktu lama. "Hai, Kenanga. Aku lagi nyantai aja."
"Mau ngobrol malam ini?" katanya.
Sebuah ajakan yang tentu tak bisa kutolak. Mengobrol berdua saja di malam-malam seperti ini, begitu syahdu, walau pun hanya melalui sambungan telepon. Siapa yang bisa melewatkannya?
"Bisa. Sekarang? Ayok gas," jawabku.
Tak lama, panggilan telepon pun tersambung. Obrolan di antara kami pun dimulai.
"Bagaimana kabar Mas?" Sebuah pertanyaan yang manis. Aku merasa senang Kenanga menanyai kabarku. Itu berarti dia peduli padaku. Ataukah hanya aku saja yang sedang ke-GeEr-an?
Rasa cemburu yang masih sangat jelas kurasakan membuat lidahku begitu kaku untuk mengucapkan kata-kata. Ini adalah sebuah obrolan yang seharusnya aku idam-idamkan, tapi sekarang terasa hambar.
"Kabarku gini-gini aja, Kenanga. Bagaimana denganmu? Emh, pasti kamu sering kecapean karena aktivitasmu itu ya? Persiapan pertunjukan itu menyita banyak waktumu. Sampai kita jadi jarang berkabar. Ah, kurasa aku sekarang mulai terlupakan karena dia yang setiap hari berdialog denganmu itu."
Aku merasakan ada nada kekesalan terdengar di suaraku. Astaga, aku jadi nyerocos seperti ini. Aku tidak bisa mengontrol perkataanku yang disetir oleh rasa cemburuku yang tidak kian mereda.
"Gimana... Gimana, Mas?"
"Dia? Dia siapa? Siapa orang yang Mas Usop maksud?" tanyanya kepadaku.
Aku gugup. Jangan sampai aku keceplosan dan Kenanga mencurigaiku, padahal aku sudah capek-capek merahasiakan keberadaanku di setiap latihannya itu.
"Em... Maksudku orang-orang yang menjadi partner berektingmu di sana, Kenanga," jawabku.
"Oh, jadi Mas ngambek karena selama aku mempersiapkan pertunjukan itu kita jadi jarang bertukar kabar? Begitu?" tanyanya dengan nada suara yang sedikit geli.
"Ya, kenyataannya memang gitu kan?" ujarku kesal.