"Pernikahan itu tak semestinya terjadi," kata-kata yang membuat pikiranku berkecamuk liar.
Aku rasa Kenanga punya trauma masa lalu berkenaan dengan pernikahan. Mungkin saja dari pengalaman keluarganya, bisa jadi dia adalah seorang anak broken home atau kemungkinan terakhir yang bisa saja terjadi adalah dia sudah pernah gagal dalam pernikahan, seorang janda.
Astaga! Tidak mungkin! Aku sampai menepuk pipiku berulang kali karena sudah berpikiran aneh seperti ini.
"Kenanga, apa yang terjadi?" tanyaku.
"Mas merasa bahwa aku aneh?"
"Bukan begitu maksudku. Setiap orang berhak punya pikirannya masing-masing. Tapi, maksudku pasti ada yang sudah terjadi sampai seseorang bisa punya pikiran yang tidak umum seperti ini. Pasti ada penyebabnya, bukan?" kataku.
"Bukan penyebab yang macam-macam, Mas. Kita ini hidup di zaman yang memungkinkan semua orang tahu seluk beluk isi pernikahan tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Arus informasi begitu deras, Mas," jawabnya.
"Oh, pasti kamu terlalu banyak menonton berita-berita kriminal ya? Atau berita-berita perceraian. Oh iya, kan lagi musim nih artis-artis kawin-cerai," kataku.
"Gak gitu juga, Mas. Ih, Mas Usop! Kurang kerjaan amat kali aku nontonin infotainment kaya gitu." Suara Kenanga yang sedikit kesal menggemaskan sekali. Aku jadi tertawa.
"Malah ngetawain. Nih ya Mas, aku tuh orangnya suka update di komunitas-komunitas literasi. Ada beberapa buku feminisme yang kubaca bareng-bareng terus dibahas gitu jadi tahu relevansinya dengan kehidupan sehari-hari, gitu," jelasnya.
"Memang sih informasi bisa orang-orang dapatkan dari mana aja, termasuk dari infotainment tadi, juga dari berita-berita di TV. Aku yakin sebenarnya Mas Usop tahu suka duka pernikahan itu, cuma abai aja. Mungkin yang terbayang sama Mas Usop adalah bagian enak-enaknya aja kali ya?" lanjutnya.
"Ya, menikah itu kan memang enak. Kita udah sama-sama dewasa buat tahu hal-hal seperti itu," jawabku.
"Nah, ini nih. Sebagian besar orang terjebak pada iming-iming kenikmatan bioligis yang kaya gitu. Tapi, begitu ngerasain zonk-nya, udahlah, mamam situ."