Suara Puitis Pacar Online-ku

Bulan Separuh
Chapter #31

Patah Hati

"Hai, Sayang. Lagi ngapain? Gimana kabarmu?"

Aku membaca pesan chat pribadi dari Kenanga dengan menggunakan sebelah mataku. Rasanya kelopak mataku berat sekali untuk kubuka. Ah, aku terlalu banyak minum malam ini.

Selama Kenanga pergi berlibur ke luar daerah, aku sering menghabiskan waktu di warung remang-remang bersama teman-temanku di dunia ril. Aku selalu minum dan terkadang ikut menari bersama teman perempuan yang ada di sana. Namun, aku tetap membatasi diriku. Kalau teman-teman senang menyicipi kemolekan tubuh teman perempuan, tapi tidak dengan aku. Aku cukup tahu bahaya penyakit yang mengancam di balik godaan yang menggiurkan itu.

Aku baru saja tertidur di kasurku selama beberapa waktu. Saat aku terbangun karena notifikasi pesan masuk, aku pun langsung melihat jam. Ini jam empat subuh. Ya ampun, untuk apa Kenanga mengirimi aku pesan di jam segini, sih? Menyebalkan sekali. Aku masih sangat mengantuk.

"Kamu yang lagi apa, Sayang? Kok jam segini belum tidur?" balasku.

"Aku lagi merindukanmu, Mas. Mamas sehat-sehat kan di sana?" katanya.

"Iya." Sesingkat itu. Aku hanya sanggup mengetik itu dan tidak ada ide untuk mengetik pesan lainnya. Pesan pun terkirim lalu aku kembali tertidur.

Matahari pun meninggi. Aku dibangunkan oleh suara omelan ibuku dan bising musik dari televisi yang menyala. Aku baru ingat semalam Kenanga mengirimiku pesan. Aku pun kembali memeriksa ponselku.

"Syukurlah Mamas baik-baik aja. Mamas yang sabar ya nunggu aku."

"Mamas masih ngantuk ya? Met bobo ya Sayang."

Aku pun membalas lagi pesan yang dikirimkan empat jam yang lalu itu. "Maaf, Sayang. Semalam Mas ngantuk banget. Cepat pulang ya Sayang. Mamas ga sabar nunggu kamu. Mamas pingin kita ngobrol-ngobrol berdua lagi."

Centang satu. Pesanku terkirim tapi lagi-lagi Whatsapp Kenanga kembali offline. Aku pun melihat kalender. Tinggal dua hari lagi Kenanga pulang. Aku mengembuskan napas dengan kasar. Aku harus bersabar.

Beberapa waktu berlalu. Aku sudah membersihkan diri dan hendak sarapan. Aku biasa sarapan dengan ponsel yang menyala. Di dalamnya ada beberapa teman-online yang sedang mengobrol. Aku mendengarkannya seperti sedang mendengarkan radio.

Lalu, sebuah notifikasi muncul. Nomor Kenanga meneleponku. Aku tak percaya. Dengan segera aku pun menekan fitur mute room di aplikasi obrolan virtual yang semula kudengarkan dan aku pun menerima panggilan dari Kenanga.

Lihat selengkapnya