Seperti yang dikatakan temanku di tempatku bekerja, aku yakin Kenanga hanyalah korban. Juga sebagaimana yang Sastra sampaikan bahwa bagaimana pun keadaan Kenanga, benar atau tidaknya gosip itu, sudah sepatutnya aku bersimpati kepada Kenanga. Kenanga orang baik, bukan perempuan sembarangan. Pasti ada alasan di balik terjadinya masalah ini.
Aku masih menanti Kenanga, aku selalu online di jam yang sama, di ruang obrolan yang sama, dengan password yang sama bila ruang obrolan ini dikunci.
Hari demi hari berlalu. Seharusnya kemarin Kenanga mengabariku seperti janjinya bahwa perjalanan keluar daerahnya selesai. Namun, hari ini, tak apa walau telah lewat satu hari, ruang obrolan privatku kedatangan akun baru. Yang tahu password ruangan ini hanya Kenanga dan Sastra. Dengan antusias aku menyambut akun baru ini. Semoga saja bukan Sastra. Lagipula setiap mau nge-lock denganku, Sastra akan mengirim pesan terlebih dahulu. Aku tak sabar menunggunya on mic.
"Mamas Sayang..."
Benar tebakanku.
"Apa yang terjadi Sayang? Bukankah seharusnya kamu mengabariku kemarin? Dan kenapa pakai akun baru?" tanyaku.
"Ceritanya panjang, Mas. Intinya HP-ku sekarang lagi ada di tangan orang lain, jadi aku ga bisa mengabari Mamas," jawabnya.
"Siapa? Siapa yang memegang HP-mu sekarang?" Aku begitu terburu-buru menanyakan ini. Sebenarnya aku takut dengan pertanyaanku sendiri. Aku takut jawaban dari pertanyanku justru membenarkan isu itu, bahwa ia sudah bersuami.
"Mamas ga mau tanya kabarku dulu gitu? Kita baru aja ketemu lagi lho, Mas?" ucap Kenanga.
Aku meregangkan dahiku yang semula tegang, mencoba tersenyum ketika berbicara. Memang benar kata Kenanga, bahkan menanyakan kabar pun tidak. Pacar macam apa aku ini?
Aku pun mulai menata kembali emosiku, menahan apa yang sebenarnya begitu ingin kumuntahkan. Terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan yang kututupi dengan kepura-puraan. Semua kenyataan yang pernah kutelan sampai aku over thinking sendiri itu kusimpan baik-baik.
Perlahan tapi pasti Kenanga pun menceritakan sebuah kejadian yang membantu menjawab beberapa pertanyaan di kepalaku. Bahwasanya ia kehilangan ponselnya dan secepat itu pula akses online di dalamnya dibatasi. Kenanga mencoba mengaksesnya dari ponsel lain. Sayangnya, ia tidak lagi dapat membuka beberapa aplikasi sebagaimana yang terpasang di ponselnya yang lama. Beberapa password untuk mengaksesnya sudah diubah.
Kenanga memintaku untuk memblokir saja beberapa kontak dan sosial media Kenanga karena khawatirnya akan menggangguku. Aku mengiyakan perkataan Kenanga tapi tidak benar-benar melakukannya.