Bukan kabar ini yang kunantikan dari Sastra. Sastra baru saja bilang bahwa tersangka pelaku kekacauan drama kala itu sebentar lagi akan terungkap. Mau tidak mau aku harus bicara dengannya, mencoba mematahkan informasi yang ia dapat sebisaku. Sebab, aku tak ingin ia tahu bahwa yang sedang ia buru sebenarnya adalah aku.
"Ada kawan gua yang yakin banget siapa biang kerok kekacauan waktu itu. Dia bisa notis dari beberapa bot yang dipakai untuk mengacaukan acara itu," ucap Sastra.
"Tapi kan akun yang masuk waktu itu banyak banget, Bro. Ratusan. Bagaimana bisa kawan lu notis ke beberapa di antaranya? Kebetulan aja ga sih?" balasku.
"Ya, kebetulan yang menguntungkan. Kebetulan yang ngasih kejelasan."
"Gimana ceritanya itu?" tanyaku lagi.
"Kawan gua ini punya pengalaman yang bersinggungan dengan si tersangka ini. Dulu dia sempat nandain beberapa username akun bot yang dipakai. Ada pola kode yang dipakai. Gua kirim aja ke elu screenshot penjelasan dia ke gua."
Aku pun memeriksa pesan chat-ku dan mempelajari penjelasan teman Sastra ini. Menurutku penjelasannya cukup logis. Aku memutar otak untuk membantahnya. Aku tak ingin temanku si pemilik akun-akun bot itu tersingkap identitasnya.
"Ya elah, Bro... Kata gua mah ini cuma kebetulan. Gua memang ga berpengalaman dan ga punya keahlian soal beginian, tapi dilihat sekilas aja penjelasannya ini kelihatan banget cocokologinya," bantahku.
"Darimana lu pikir kalau ini cocokologi, Bro? Bisa lu jelasin detilnya?" desak Sastra.
"Lu ga percaya sama gua? Kalau gua sih yakin ini cuma cocokologi." Aku sempat kebingungan menguraikan alasanku. Aku harus bisa meyakinkannya untuk tidak perlu menganggap serius penjelasan temannya itu.
"Gimana bisa yakin, lu sendiri sadar kalau lu bukan ahli di bidang ini?"
"Nah, lu pikir aja Bro, gua yang bukan ahli aja bisa mencium cocokologi di penjelasan kawan lu ini. Harusnya lu yang lebih berpengalaman dari gua sama tindak kecurangan kaya gini bisa lebih ngeh dari gua," balasku. Aku mencoba memainkan emosi Sastra, sebab aku tidak punya penjelasan yang logis soal teknis yang meyakinkan.
Perdebatan demi perdebatan terjadi, tapi tetap dalam suasana yang kondusif sebagaimana dua orang teman sedang mengobrol. Akhirnya, Sastra pun menyerah. Ia bilang ia akan lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan dari sebuah pertanda yang belum jelas kebenarannya.
Seusai obrolan bersama Sastra, aku berniat akan menghubungi temanku si pemilik akun-akun bot itu. Aku ingin memperingatkannya agar berhati-hati karena pergerakannya yang dulu nyaris terungkap. Aku akan menjelaskan semua yang Sastra jelaskan kepadaku lengkap dengan screenshot pesan yang ditunjukkannya padaku.
Namun, belum lama setelah obrolan dengan Sastra selesai, sederet nomor telepon asing mencoba menghubungiku. Aku selalu enggan mengangkat panggilan dari nomor telepon asing, tapi ini bisa saja adalah Kenanga. Ponsel Kenanga sudah tidak di tangannya lagi, jadi bisa saja ia coba menghubungiku dengan nomor barunya.