Hari-hari kulalui dengan lebih ringan. Saat aku menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku, bayangan Nurmala muncul. Pekerjaan yang kini kugeluti tidak jauh berbeda dengan saat dulu sewaktu aku merantau di provinsi lain. Waktu itu aku menjalani pekerjaanku bersama Nurmala.
Kini, saat aku sedang melakukan penyemprotan di lahan tempatku bekerja, tiba-tiba Nurmala datang membantuku untuk memperbaiki letak knapsack sprayer yang kugendong di punggungku. Betapa romantisnya, tapi sayang ini hanya khayalanku saja.
Saat beristirahat dari pekerjaanku, biasanya aku selalu join di ruang-ruang obrolan dalam aplikasi live streaming, tapi akhir-akhir ini aku jarang melakukannya. Aku lebih sering menghabiskan waktu untuk berbalas pesan chat bersama Nurmala.
Rupanya Nurmala tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama adiknya dan sedang menjalankan usaha warung. Kami selalu bertukar kabar dan menceritakan kesialan dan keberuntungan kami hari itu juga dengan candaan-candaan sederhana.
Bagaimana dengan Kenanga? Aku masih berhubungan dengannya di malam hari. Entahlah, obrolan di antara aku dan Kenanga semakin terasa hambar. Kami melakukan mabar Mobile Legends juga phones*x sebagaimana biasanya dan hal itu kurasa hanya sebagai penghilang kejenuhanku saja. Ada yang hilang di sana, aku tak lagi menggebu-gebu melakukannya.
"Mas, kita ketemuan yuk?" ajak Kenanga dalam sebuah obrolan dalam ruang privat di aplikasi live streaming.
"Serius? Kamu mau kita ketemuan?" Aku yang mendengar ajakan Kenanga itu merasa terkejut, sangat terkejut.
"Aku tahu semakin lama Mamas sepertinya udah ga semangat lagi ketika kita menghabiskan waktu bersama-sama kaya gini. Jadi, aku pikir kita perlu bertemu, Mas," ucapnya.
"Tapi..." Aku ragu. Aku tidak ingin berurusan dengan suami Kenanga. Selama ini aku memendam rasa kecewa karena status pernikahan Kenanga dan ia tak pernah tahu itu. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya aku sudah mengetahui tentang kehidupan pribadinya itu. Mungkin Kenanga menganggap sikapku yang berubah ini disebabkan oleh foto orang lain yang diaku-akuinya itu, padahal masalahnya lebih besar dari itu.
"Mamas selalu menolak untuk melihat aku di virtual, video call dariku selalu Mamas tolak dan Mamas ga mau membuka pesanku kalau yang kukirim adalah file berbentuk foto. Mamas ga akan membukanya sampai aku menghapusnya kembali," lanjutnya.
Apa aku bilang saja ya, kalau aku sudah tahu tentang status pernikahannya? Aku takut dengan suaminya.
"Mas, kenapa diam saja?"
"Apa rencanamu, Sayang? Bagaimana cara kita bertemu?" tanyaku.
"Aku akan datang ke tempat Mamas," jawabnya.
"Hah? Datang sama siapa?"
"Sendiri. Ada masalah?" tanyanya lagi.
"Aku tidak yakin," jawabku.
"Tidak yakin dengan apa? Mamas keberatan kalau..." Belum usai Kenanga berbicara, aku langsung memotongnya.
"Aku tidak yakin kamu akan benar-benar pergi sendiri. Pasti akan ada yang mencarimu. Soalnya tempat tinggalku kan jauh, Sayang. Jangankan satu provinsi, satu pulau pun tidak," kataku.
"Siapa yang akan mencariku? Orangtuaku? Abangku? Hem... Mereka ga akan mencariku kalau aku ga bilang akan pergi ke daerah Mamas. Aku bisa memberi alasan lain, misalnya karena urusan pekerjaan dan lainnya. Demi kamu, aku akan usahakan, Mas!" tegas Kenanga.