Mulhouse adalah kota kecil yang terletak di sebelah timur Perancis, berdekatan dengan perbatasan Swiss dan Jerman. Mulhouse adalah kota yang terletak berjauhan dengan lautan sehingga memberikan musim dingin yang lebih dingin dan musim panas yang panas dan lembab dibandingkan dengan bagian lain di Perancis.
Sejak awal memutuskan untuk pergi ke Perancis Mentari tak tahu apapun tentang Mulhouse. Yang ia tahu hanya Paris dan Orleans tempat kakeknya berasal. Karena tawaran pekerjaan dari Maxim lah Mentari jadi memiliki keterikatan dengan Mulhouse.
Ketika itu yang ada dipikirannya dalah pergi sejauh-jauhnya dari Jakarta. Tempat dimana semua pengkhianatan dari Galih bermula. Perselingkuhan di tahun keempat hubungan mereka sebagai sepasang kekasih tak bisa dimaafkan oleh Mentari. Pergi adalah jalan satu-satunya.
Berharap dengan pergi menjauh Mentari dapat meulupakan masa lalunya, namun ketika sudah pergi sejauh ini bayang-bayang Galih tetap masih ada didalam benaknya.
“Tari, can we go now?” Suara Jessi memecah lamunannya.
Saat ini mereka berdua sedang menikmati jam istirahat untuk makan siang di salah satu kedai makanan di dekat studio.
Kedai yang menjual makanan khas Perancis, seperti roti croissant dan baguette agak kurang cocok di lidah khas asia milik Mentari, sehingga pikirannya teralihkan dengan masa lalunya.
“Sure.” jawab Mentari lalu berdiri dari bangkunya menyusul Jessi yang sudah lebih dulu berjalan didepannya.
“Jessi, aku butuh pekerjaan tambahan sebagai fotografer. Apa kau ada ide?”
“Hmm, aku kenal beberapa pemilik studio foto lainnya tapi ku kira semuanya punya jam kerja yang sama dengan kita.”
Mentari mendengus pelan.
“Mungkin kau bisa minta bantuan kepada Rene.” Ujar Jessi kemudian.
*
Sehabis makan siang dengan Jessi, Mentari ke studio menjalani pekerjaannya sebagai fotografer.
Parc Zoologique et Botanique de Mulhouse menggunakan jasa studio foto de Guille untuk mengambil ulang gambar berbagai jenis pohon kaktus agar lebih mudah dalam membuat arsip dokumen untuk tujuan klasifikasi tumbuh-tumbuhan yang ada di Parc Zoologique et Botanique de Mulhouse.
Bagi Mantari tak masalah objek apapun yang ia ambil gambarnya karena memang itulah profesinya sebagai fotografer, hanya saja melakukan kegiatan seperti ini membuatnya jenuh ditambah tak ada yang bisa dia ajak berbagi keluh kesah, selain Jessi tentu saja.
Di Studio foto de Guille, Jessi adalah asisten fotografer merangkap seksi perlengkapan. Selain Mentari, Jessi juga membantu beberapa fotografer lainnya, tergantung situasi dan kondisi.
Mentari mengikuti Jessi masuk ke dalam studio foto de Guille. Studio foto de Guille memiliki ruang depan yang terdiri dari beberapa meja dan kursi, difungsikan untuk menyambut pelanggan-pelanggan yang akan berdiskusi menyangkut tema dan konsep foto.
Mentari dan Jessi lalu pergi menuju lantai 2, tempat dimana studio foto berada. Dilantai dua, ada 3 ruangan studio, dua studio dengan ukuran besar dan satu studio ukuran sedang. Juga ada ruang wardrobe yang menyimpan berbagai kostum serta perlengkapan foto.
Setibanya di lantai dua, mereka berdua pun larut dalam pekerjannya.
*
Pagi ini sebelum berangkat ke studio foto, Mentari berencana untuk membereskan apartemennya terlebih dahulu. Mengganti tirai di jendela kamarnya lalu seprei serta sarung bantal.
Apartemen Mentari tak begitu besar, hanya ada satu kamar yang hanya disekat oleh tembok tanpa pintu sebagai pemisah antara kamar tidur, dapur serta ruang tamu. Juga ada kamar mandi di depan kamar tidurnya.
Mentari menaruh cuciannya ke bawah, tempat dimana laundry berada. Disini semuanya serba mandiri dan juga serba mahal.
Biaya hidup disini masih tergolong cukup mahal bagi Mentari untuk kehidupan sehari-hari. Ia harus pintar-pintar mengatur keuangannya. Membagi dengan adil hasil jerih payahnya sebagai fotografer untuk biaya sewa apartemen, biaya makan, biaya pulsa gawainya juga untuk biaya belanja.
Walaupun tak semewah paris, outlet-outlet di pusat kota Mulhouse juga cukup bergengsi. Menawarkan barang-barang dari kelas bawah hingga kelas wahid bagi para pecinta fashion. Siapa yang tahan dengan godaan belanja baju, kosmetik, sepatu dan tas untuk seorang wanita? Dan itulah sebab mengapa dompetnya kian hari kian menipis.
Setelah kembali dari ruang laundry, Mentari bergegas kembali ke kamar apartemennya dan bersiap-siap untuk bekerja di studio foto.
Hari ini Mentari masih akan menganbil gambar pohon-pohon kaktus. Masih ada sekitar 3 keranjang lagi yang harus di buat dokumentasinya.
“Jess, kapan aku akan mengambil gambar selain pohon kaktus?” keluh Mentari sambil tetap membidik pohon kaktus dari kameranya.
“Tenang, kau sudah berhasil sampai di bagian akhir.” Ujar Jessi menghibur Mentari lalu memberinya semangat dengan tepukan tangan.
“Hari ini kau mau makan siang di Turbo Restraurant?”
“Aku terserah kau saja, asal jangan kau pilihkan restoran yang menjual farci poitevin, aku menolaknya!”