Suasana di lapangan sekolah itu terasa penuh tekanan. Terik matahari menyengat kepala para siswa baru yang sedang menjalani orientasi. Peluh mengalir di pelipis Tom, tetapi tatapannya tetap teguh, penuh keberanian. Di sebelahnya, Clara berdiri dengan raut wajah yang resah. Sorotan mata kakak - kakak senior yang penuh canda, tapi ada sesuatu yang mengancam di balik senyum mereka. Tom mengingat kembali nasihat dari Tantenya sebelum ia berangkat ke sekolah hari itu, "Jangan pernah biarkan orang lain menginjak harga dirimu, Tom. Kamu harus berdiri tegak." Kata-kata itu terngiang dalam kepalanya saat ia melihat Clara digoda oleh kakak - kakak senior yang tampak lebih besar dan lebih kuat darinya.
"Heh! Berani ganggu anak orang, lawan saya!" seru Tom tegas kepada kakak-kakak seniornya. Tom membela Clara, teman sebangkunya yang sering digoda selama masa orientasi sekolah menengah atas. Clara, dengan wajahnya yang lucu dan menggemaskan, menjadi target para senior. Mungkin karena itu, Clara sering digoda.
Wajah kakak-kakak senior yang tadinya tersenyum langsung berubah menjadi merah bak kepiting rebus. Mereka pergi meninggalkan Tom dan Clara, sambil menatap Tom dengan penuh kebencian. Tanpa menghiraukan tatapan tajam mereka, Tom merapikan rambutnya dan mendekati Clara dengan langkah percaya diri.
"Kamu kenapa diem aja? Lawan dong. Atau pergi minimal. Aku Tom," kata Tom sambil menyodorkan tangannya.
"Aku Clara. Makasih ya... Iya, aku bosen. Kemarin ada kakak kelas yang ngajak ngobrol juga, ujung-ujungnya ledek-ledek gak jelas. Masa setiap digituin lawan terus?"
"Ya lawanlah. Justru karena tidak ada perlawanan, maka tidak ada perubahan. Kita ini agents of change lho!" jawab Tom tegas.
Clara hanya tersenyum sambil memandangi Tom yang kini duduk di sampingnya. Mereka terus mengobrol hingga bel pulang berbunyi, dan hubungan mereka semakin dekat dari hari ke hari.
Namun, kakak-kakak senior yang merasa terhina oleh keberanian Tom tidak tinggal diam. Mereka menyimpan dendam dan berusaha menjebak Tom dengan memasukkan barang-barang milik murid lain ke dalam tasnya. Ketika razia diadakan, Tom selalu menjadi sasaran.
Tapi Tom bukanlah anak yang mudah dijebak. Dengan kecerdikannya, ia berhasil membuktikan bahwa kakak-kakak senior tersebutlah yang telah menjebaknya. Hal ini membuat Tom semakin dihormati, baik oleh guru maupun teman-temannya. Namun, popularitas itu tidak membuat Tom menjadi sombong. Dia tetap rendah hati dan melanjutkan kehidupannya dengan tenang.
Efek dari kejadian itu tidak hanya terbatas pada reputasinya di sekolah, tetapi juga menarik perhatian banyak gadis. Meski akhirnya Tom menjalin hubungan dengan Clara, ia tetap bersikap baik kepada semua orang, termasuk kepada mereka yang berusaha mendekatinya.
Tiga tahun berlalu, dan Tom telah berubah menjadi pria yang lebih bijak dan dewasa. Meskipun hidup di rumah Paman dan Tantenya membuatnya merasa kesepian, terutama pada saat-saat tertentu, Tom menemukan pelipur lara dalam menulis. Puisi-puisi dan cerita pendek mengalir dari pikirannya, sering kali lahir dari kenangan masa lalu atau pemikiran spontan. Beberapa mantan pacarnya bahkan menjuluki Tom sebagai "Si Secretive" karena sifatnya yang tertutup dan suka menyembunyikan perasaannya.
Tom sering tenggelam dalam pikirannya, seolah ada misi yang belum selesai dari masa lalunya. Namun waktu berlalu dengan cepat. Sebelum Tom menyadarinya, tahun terakhirnya di SMA telah tiba, dan bersama itu datanglah tekanan untuk memutuskan masa depannya. Pertanyaan tentang universitas mana yang harus dipilih menghantui Tom setiap hari. Dia tahu bahwa keputusan ini akan menentukan arah hidupnya untuk beberapa tahun ke depan.
Tom tidak ingin asal - asalan dalam memilih kampus. Dia memutuskan untuk mendaftar di beberapa perguruan tinggi terkenal di Indonesia, yang tersebar di berbagai kota. Salah satunya adalah universitas ternama di Bandung, kota yang jauh dari kampung halamannya di Jawa Timur. Tom mendengar banyak cerita tentang universitas itu—suasana akademisnya yang ketat, lingkungan kampus yang indah, serta budaya intelektual yang tumbuh subur di sana. Namun, bagi Tom, daya tarik utama adalah kesempatan untuk membangun hidup baru di kota yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.
Perjalanan ke Bandung