Tom berdiri di depan cermin, mengenakan setelan jas yang akan ia pakai dalam beberapa bulan ke depan, saat hari bahagianya tiba. Siapa sangka, setelah berbagai lika-liku yang ia alami, ia akhirnya akan menikahi seorang wanita bernama Nina. Pertemuannya dengan Nina terbilang singkat, baru enam bulan mereka saling mengenal, namun seolah takdir telah mengatur segalanya. Ada sesuatu yang berbeda dari Nina—sesuatu yang belum pernah ia temui pada wanita-wanita sebelumnya. Dia tenang, tegas, dan memiliki aura yang menenangkan hati Tom, yang selama ini sering dilanda kebimbangan. Nina lebih dewasa, lebih berwibawa, dan Tom merasa bahwa inilah wanita yang tepat untuk mendampinginya menjalani sisa hidup. Namun, seiring mendekatnya hari pernikahan, ada sesuatu yang mengusik hati Tom. Bukan keraguan, tapi sebuah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu yang belum tuntas—sebuah perasaan yang membuatnya teringat akan masa lalu.
Di tengah kebahagiaan dan kesibukannya mempersiapkan pernikahan, tiba-tiba ingatan Tom melayang ke masa-masa ia bersama Clara dan Anna. Dua wanita yang memiliki tempat tersendiri di hatinya. Perasaan ini semakin kuat ketika ia dan Nina mulai membicarakan undangan pernikahan. Bagaimana pun, Clara dan Anna adalah bagian penting dari perjalanan hidupnya. Dan entah kenapa, Tom merasa bahwa sebelum ia sepenuhnya melangkah ke babak baru dalam hidupnya, ia harus bertemu mereka, walaupun hanya sekadar untuk mengucapkan salam perpisahan.
Tom mulai mencari cara untuk bisa bertemu Clara dan Anna. Clara relatif mudah dihubungi, karena mereka masih berada dalam lingkaran pertemanan yang sama. Dengan mudah, Tom mendapatkan nomor telepon Clara dan mengatur pertemuan dengan cepat. Ketika mereka bertemu, Clara terlihat sama seperti dulu, masih dengan senyum manis yang selalu mengingatkannya pada masa-masa sekolah. Mereka berbicara banyak, mengenang masa lalu, tertawa, dan Tom, dengan sedikit bangga, bercerita tentang rencana pernikahannya dengan Nina. Clara dengan tulus mengucapkan selamat, meskipun di dalam hatinya ada sedikit rasa aneh yang tak bisa ia jelaskan.
Pertemuan dengan Clara membuat hati Tom sedikit lega. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal—ia belum bertemu dengan Anna. Tom mencoba mencari informasi tentang Anna, tetapi tidak semudah yang ia kira. Setelah lulus, Anna seolah hilang tanpa jejak, dan teman-teman yang mereka kenal bersama pun tidak banyak yang tahu tentang keberadaannya. Tom mulai merasa cemas. Ada perasaan bahwa ia harus menemui Anna sebelum hari pernikahannya tiba, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
Tom bahkan mencoba mencari Anna melalui media sosial, berharap bisa menemukan jejak digitalnya. Namun, pencarian itu sia-sia. Anna tampaknya telah menghapus semua jejaknya dari dunia maya, meninggalkan Tom dalam kebingungan. Hari-hari berlalu, dan Tom masih belum menemukan cara untuk bertemu dengan Anna. Setiap kali ia mencoba, selalu ada saja halangan yang membuatnya gagal.
Sementara itu, Nina merasakan perubahan pada Tom. Dia menyadari bahwa Tom sedang memikirkan sesuatu yang dalam, namun Nina memilih untuk tidak menanyakannya. Dia tahu bahwa setiap orang memiliki masa lalu, dan mungkin ini adalah bagian dari proses Tom untuk benar-benar melangkah ke depan. Namun, semakin mendekati hari pernikahan, Tom semakin terobsesi dengan ide untuk bertemu Anna. Hingga suatu hari, ketika Tom merasa sudah tidak ada harapan lagi, dia memutuskan untuk berhenti mencarinya. Mungkin ini adalah cara Anna untuk mengatakan selamat tinggal, tanpa harus bertatap muka.
Akhirnya, Tom harus menerima kenyataan bahwa ia mungkin tidak akan pernah bertemu Anna lagi. Yang tersisa hanyalah kenangan manis tentang wanita itu. Anna, dengan segala keunikan dan misterinya, akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup Tom, tetapi bukan bagian dari masa depannya.
Tom memutuskan untuk melepaskan perasaan itu dan fokus pada kehidupannya yang baru bersama Nina. Bagaimanapun, ia telah membuat keputusan, dan kini ia harus menjalani pilihannya dengan sepenuh hati. Mungkin inilah hikmah dari kenangan; bahwa masa lalu bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dijadikan pelajaran, sebagai fondasi yang kokoh untuk membangun masa depan.
Pada hari pernikahannya, Tom berdiri di samping Nina, merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ketika ia melihat Nina tersenyum ke arahnya, Tom tahu bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat. Masa lalunya bersama Clara dan Anna, meskipun penuh warna, kini telah menjadi bagian dari cerita hidupnya yang sudah selesai. Yang ada sekarang adalah Nina, dan masa depan yang akan mereka bangun bersama.
Namun, dalam setiap senyum Nina, setiap tawa yang mereka bagi, ada sedikit rasa syukur dalam hati Tom. Syukur bahwa ia telah melalui semua pengalaman itu, bertemu dengan Clara dan Anna, dan pada akhirnya menemukan Nina. Karena tanpa semua itu, mungkin ia tidak akan pernah menyadari betapa berharganya cinta yang kini ia miliki.