Subliminal

Lala Novrinda
Chapter #8

Jejak Dalam Kabut

Anna memeriksa jam di tangannya dengan penuh antisipasi. Dia sudah siap untuk pertemuan dengan Tom, yang telah lama dinantikannya. Dalam setiap langkahnya, ada campuran perasaan—gusar, sedikit salah tingkah, namun bahagia. Sebagian dari kegembiraan itu berasal dari fakta bahwa dia akan bertemu dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, seseorang yang perannya tidak pernah pudar dari ingatannya.

Saat Anna berdandan, dia teringat berbagai fase yang telah mereka lalui. Ada kenangan indah, manis, dan juga pahit yang menyertai setiap momen bersama Tom. Walaupun hubungan mereka telah banyak berubah, peran Tom dalam hidupnya tetap sangat signifikan. Setiap kali dia memikirkan masa lalu mereka, Anna merasa betapa besar pengaruh Tom terhadap perjalanan hidupnya.

Anna juga sering memimpikan Tom, terutama ketika Tom merasa tidak baik-baik saja. Dalam mimpinya, Tom sering kali muncul dengan ekspresi yang menunjukkan kesedihan atau kebingungan, seolah-olah dia sedang berjuang dengan sesuatu yang dalam. Mimpi-mimpi itu selalu membangkitkan perasaan cemas dan empati dalam diri Anna, membuatnya merasa lebih terhubung dengan Tom meskipun mereka sudah terpisah.

Hari itu, Anna memutuskan untuk bertemu Tom di sebuah kafe yang tenang, tempat mereka bisa berbicara dengan nyaman tanpa gangguan. Kafe ini adalah tempat favorit mereka dulu, yang menghidupkan kembali kenangan-kenangan lama.

Saat Anna tiba, dia menyadari bahwa dia harus berusaha keras untuk mengatasi rasa gugupnya. Dia tersenyum sendiri, mengingat bagaimana dulu Tom selalu tahu cara membuatnya merasa tenang. Anna duduk di meja yang sudah dipesan, mengatur napkin dan menu, berusaha menenangkan diri.

Ketika Tom tiba, Anna berdiri dan menyambutnya dengan senyuman yang tulus. Ada ketegangan di udara, tetapi juga ada kehangatan yang menyertai setiap gerakan mereka. Mereka saling bertukar sapa, dan Anna merasa hatinya bergetar. Setelah beberapa saat, mereka duduk dan memulai percakapan, yang diawali dengan obrolan ringan.

Tom, dengan tatapan penuh perhatian, mendengarkan setiap kata yang diucapkan Anna. Mereka membahas berbagai hal—tentang kehidupan mereka, pencapaian, dan juga tantangan yang mereka hadapi. Anna merasa sangat bahagia bisa berbicara dengan Tom lagi, berbagi cerita dan mendengarkan kabar darinya.

Seiring berjalannya waktu, percakapan mereka semakin dalam. Anna mulai membicarakan tentang mimpi-mimpinya dan bagaimana dia merasa terhubung dengan Tom, meskipun mereka tidak sering bertemu. Dia juga menyentuh topik tentang perasaan Tom, berusaha untuk lebih memahami apa yang sedang dihadapinya.

Tom merasa terharu dengan kehadiran Anna dan betapa dalamnya perhatian yang diberikan Anna kepadanya. Dia mulai merasa lebih terbuka untuk berbicara tentang kesulitan yang dihadapinya dan bagaimana dia merasa terjebak antara ekspektasi dan realitas hidupnya.

Anna mendengarkan dengan penuh empati, memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan Tom. Meskipun pertemuan ini tidak dapat mengubah masa lalu, namun ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali terhubung dan memahami satu sama lain.

"Tom, kamu nggak berubah! Sedikit pun! Hahaha," kata Anna dengan tawa riang yang terdengar penuh kehangatan.

Tom tersenyum lebar dan menjawab, "Iya dong, Tommy Carly," sambil memberikan senyuman khas yang membuat Anna merasa nostalgia.

Mereka melanjutkan percakapan, berusaha menyambungkan bab-bab kehidupan masing-masing dan menyelaraskan fase-fase yang sedang mereka jalani. Dalam percakapan mereka, ada rasa kekeluargaan dan kedekatan yang tetap terasa meskipun banyak waktu telah berlalu. Tom dan Anna berusaha berbagi cerita tentang kehidupan mereka saat ini, namun keduanya sengaja menghindari membahas kondisi pribadi yang sebenarnya sedang mereka alami.

Tom tidak berusaha menceritakan betapa terpuruknya dirinya di tengah berbagai tekanan dan perasaan kosong yang menghantui hari-harinya. Ia memilih untuk menutupi kesulitan-kesulitan itu, berusaha menjaga suasana tetap ringan dan positif. Anna, di sisi lain, juga enggan mengungkapkan fase-fase kurang mengenakkan yang sedang dialaminya, memilih untuk fokus pada percakapan yang lebih menyenangkan dan menghibur.

Mereka saling bercerita tentang pencapaian-pencapaian terkini dan tantangan-tantangan baru yang dihadapi, menghindari topik yang terlalu mendalam tentang perasaan dan kesulitan pribadi. Ada kesepakatan tak tertulis di antara mereka untuk menjaga percakapan tetap ceria dan penuh semangat, meskipun sebenarnya mereka berdua tahu bahwa ada banyak hal yang tidak diungkapkan.

Saat percakapan berlangsung, mereka merasa semakin dekat lagi, seolah tidak ada jarak yang memisahkan mereka. Tawa dan canda mereka membuat waktu terasa berlalu begitu cepat. Namun, di balik semua keceriaan itu, masing-masing dari mereka menyimpan perasaan dan masalah yang mereka pilih untuk tidak dibagikan.

Lihat selengkapnya