Selalu ada pertama kali untuk segala sesuatu, seperti saat ini adalah kali pertama Dahlia terlibat dalam sebuah acara pernikahan sebagai perias pengiring pengantin. Menjadi bersejarah karena ia mendapat bayaran untuk sesuatu yang ia kerjakan dengan senang hati. Jam sudah menunjukkan pukul dua sore, Dahlia mulai merias wajah salah satu pengiring yang sepertinya paling siap di antara lima orang lainnya yang masih sibuk menyiapkan baju yang akan mereka kenakan.
“ Ini kekecilan gimana dong?” teriak perempuan di ujung ruangan yang panik karena ukuran tubuh nya dua kali lebih besar dari pakaian yang akan ia kenakan.
“ Mungkin tertukar Des.” jawab wanita di hadapan Dahlia dengan tenang.
Dahlia menyemprotkan setting spray ke wajahnya sambil sesekali mengipasinya. Wajah wanita di hadapannya ini selalu tersenyum walaupun dalam keadaan diam. Beberapa orang terlahir dengan keberuntungan, salah satunya memiliki wajah yang tidak cantik sempurna tapi menyenangkan untuk dilihat.
Dahlia mulai menggambar alisnya mengikuti bentuk mata. Diulasnya perlahan, tidak terlalu tebal supaya menghilangkan kesan tegas di wajahnya yang persegi.
“ Ngga ada lagi bajunya Na. Tinggal sisa ini.” teriak wanita di seberang tadi yang kembali panik setelah beberapa saat terdiam.
Seisi ruangan seolah tidak mendengar keluhan perempuan manis bertubuh agak besar bernama Desi itu. Wanita yang sedang Dahlia rias wajahnya seperti tergerak untuk membantu dan menghentikan tangisnya.
“ Kamu pakai bajuku. Besok-besok kalo diajak fitting tu nggak usah kebanyakan alesan Na" katanya tegas, khas tipikal perempuan yang terbiasa dengan solusi ketimbang drama.
Tangisannya berhenti dan sedetik kemudian sudah memeluk tubuh dihadapan Dahlia yang membuatnya menghentikan kegiatannya melukis alis.
“ Aduhhhhh. Sana -sana. Nyusahin dehhhh.” katanya sambil tertawa kesal.
Dahlia tertawa melihat polah kedua wanita di hadapannya itu. Ia baru tahu, dari ke enam wanita ini hanya mereka berdua yang saling mengenal dan ternyata bersahabat dekat dengan calon pengantin wanita.
“ Kebiasan dia memang Mba. Dari SD, selalu last minute person tapi ngga pernah beres.” katanya sambil mencubit pipi gembilnya yang memang menggemaskan.
Menyenangkan sepertinya memiliki sahabat yang sudah paham luar dalam dan tidak saling meninggalkan. Dahlia mencoba mengingat-ingat siapa saja sahabatnya. Yang pertama muncul di dalam pikirannya adalah Tommy. Laki-laki yang dikenalnya sejak TK. Kemudian Indra, teman sebangkunya di SMP. Andi, teman SMA nya dan Anto teman kuliahnya. Dahlia tidak dapat menahan senyum membayangkan suatu hari jika ia menikah, apakah mungkin pengiring pengantin wanita semuanya laki-laki.
“ Lucu ya Mba, temanku.” kata Ina, wanita di hadapannya
Dahlia yang malas menjelaskan alasannya tertawa hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Empat puluh menit pertama berhasil diselesaikannya. Klien nya tampak puas dan cukup menumbuhkan kepercayaan dirinya menangani lima orang setelah ini.
Dahlia dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu, hanya tersisa satu orang terakhir. Setelah ini pekerjaannya selesai dan ia akan bisa memejamkan matanyanya sesaat. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore ketika seorang wanita cantik daengan tinggi semampai menghampirinya. Hidungnya mancung sempurna, wajah simetris dengan bentuk mata dan rahang yang sempurna, seperti ada keturunan kaukasia, Dahlia coba menebak-nebak.
“ Mba, aku minta bibirku bold ya.” ujarnya sambil matanya menatap layar handphone.
Dahlia hanya tersenyum tidak menjawab. Mulai disiapkan kanvas di hadapannya. Dengan wajah seperti ini sepertinya ia tidak akan menemui banyak kendala.
“ Alis kiri kanan nggak sama Mba.” kata perempuan di depannya yang sedari tadi matanya tidak bisa lepas dari telepon genggamnya sehingga ia kesulitan melukis alisnya.
Dahlia mengambil kamera telpon genggamnya. Kemudian di foto bagian alis klien nya kemudian ia tunjukkan.
“ Ngga samanya dimana ya?” tanya Dahlia dengan nada agak tinggi mungkin karena terlalu lelah dan kebetulan klien nya yang ini agak banyak tingkah.
“ Kok tanya saya. Bisa kerja ngga?” jawab wanita cantik di hadapannya.
Dahlia mengambil nafas dalam kemudian tersenyum, mungkin klien nya ini lapar, atau sedang PMS, atau sedang ribut dengan pacarnya.
Melihat Dahlia tersenyum, wanita di hadapannya tersinggung dan mencari masalah baru dengannya.
“ Belum pengalaman ya?” tanyanya berusaha memancing amarah Dahlia.
Dahlia tidak menjawab dan meneruskan pekerjaannya. Akan percuma menanggapi orang yang sedang bermasalah dengan dirinya sendiri. Dahlia tetap berusaha tenang dan memberikan kemampuan terbaiknya.