Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #13

Tetanggaku Idolaku

Dahlia mengingatkan dirinya bahwa mie instant yang katanya praktis pun harus diolah terlebih dahulu sebelum disantap. Dahlia berusaha menjalani prosesnya walau ia harus memulai dari awal di usia yang sudah tidak muda lagi. Disaat semua orang sudah menemukan dirinya, Dahlia baru memulai. Setelah mengantongi ijazah merias wajah profesional, Dahlia merasa lebih percaya diri untuk menerima beberapa tawaran pekerjaan yang menuntut kecepatan dan hasil yang maksimal. Dahlia berlatih cukup sering, hampir setiap hari ada saja wajah yang ia rias. Mulai dari petugas toserba di dekat rumahnya sampai dengan orang asing yang ia temui di jalan. Setiap wajah memiliki karakteristik berbeda, semakin sering ia mengenal bentuk wajah semakin paham bagaimana menyiasati agar tampilan riasannya nya bisa diaplikasikan dengan tepat. 

Bunyi telepon genggam berdering cukup keras, membuat Dahlia meninggalkan latihannya saat itu. 

“ Li, Kamu bantu aku ya tiga bulan lagi aku ada pekerjaan launching produk di Mall Grand Indonesia.” rupanya Ibu Ria, mentornya ingin menawarinya pekerjaan.

“ Oh. Tema nya apa Mba?” tanya Dahlia ingin tahu.

“ Besok kamu ikut meeting sama aku ya. Bocorannya si futuristik. Bantu aku bikin konsep ya Li.” ajak Bu Ria dengan nada senang. 

“ Siap Mba. “ katanya cepat.

Dahlia menutup telepon kemudian melanjutkan latihannya. Kali ini seorang gadis muda berusia sekitar dua puluh tiga tahun. Kulitnya hitam, rambut keriting, dengan jenis kulit berminyak. Bukan tipikal wajah dengan stereotype cantik seperti yang terlihat di majalah. Putih, berwajah simetris dengan kulit lembut tanpa pori-pori.

“ Aku tidak pernah merasa diriku cantik.” ujarnya setelah melihat dirinya sendiri di cermin. 

“ Mudah-mudahan setelah hari ini kamu memandang dirimu berbeda.” Dahlia mencoba memberinya semangat untuk menyukai apa yang ia lihat di dalam cermin.

“ Mungkin aku belum dapat pacar karena aku ngga cantik ya Kak?” katanya sambil tertawa menutupi rasa tidak percaya dirinya.

“ Memang kamu mau dapat pacar yang suka sama kamu karena kamu cantik?” Dahlia balik bertanya. kemudian tertawa mendengar pengakuan gadis polos di hadapannya ini. Tangannya sibuk membentuk kontur di bagian pipinya sehingga terlihat lebih tirus.  

“ Iya si, aku maunya dapat pacar yang suka sama aku bukan karena wajahku aja.” jawabnya tiba-tiba setelah sekian lama terdiam, mungkin merenungkan kata-kata Dahlia.

“ Tuh pinter” jawab Dahlia cepat karena tidak mau konsentrasinya terganggu. 

Perempuan di hadapannya tertawa mendengar jawabannya sendiri. Mungkin selama ini yang ia usahakan dan yang ia inginkan tidak seiring sejalan dan baru menyadarinya hari ini. Banyak perempuan yang mungkin ingin dilihat hatinya tetapi sibuk memperbaiki wajahnya karena para pria menuntut wanita berhati baik tapi meninggalkannya untuk wanita yang lebih cantik.

 “Perempuan pada dasarnya senang terlihat cantik, tapi bukan untuk orang lain tapi untuk dirinya sendiri. Jadi kecantikan itu tidak ada kaitannya dengan cinta." kata Dahlia meneruskan penjelasannya ketika ia sudah hampir selesai dengan riasannya. 

Wanita dihadapannya terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya. Tinggal memoleskan sedikit pewarna bibir, wanita di hadapannya berubah menjadi seseorang yang hampir ia tidak kenal. Terkadang Dahlia takjub bagaimana riasan wajah mampu memberi harapan kepada banyak wanita di luar sana yang tidak menyukai dengan apa yang dirinya lihat di dalam cermin. 

Lihat selengkapnya