Rasanya seperti mendaki kawah ijen bersama Raka, Dahlia tidak tahu apakah ia mampu sampai ke atas. Raka lah yang membantunya dalam perjalanan, menemaninya ketika ia kelelahan dan memberinya motivasi ketika ia merasa hilang harapan. Dahlia tidak tahu apakah ia masih akan berhadapan dengan Raka yang sama yang ia temui beberapa bulan yang lalu. Seandainya tidak pun, Dahlia merasa sudah punya bekal untuk tetap memilih jalan yang dipilihnya saat ini.
Amanda memasuki studio foto dengan wajah tanpa make up tetapi masih terlihat cantik. Mengenakan jaket jeans dan kacamata hitam ia berjalan menuju ruang wardrobe.
" To, ngapain Amanda di sini?" tanya Raka kepada Anto, asistennya.
"Loh, kan dia duta baru kita Pak."
"Sejak kapan? Bukannya Dennis?"
“ Amanda model yang paling tepat untuk jadi duta kita Pak. Citra diri yang ditampilkan sesuai dengan target market kita. Energik, berprestasi, dan tanpa cela.” Anto memberi penjelasan kenapa ia memilih Amanda dan kenapa sekarang ia berada di tempat ini.
“ Kenapa tidak koordinasi dulu dengan saya?” dengan nada marah Raka menegur Anto setelah mengajaknya ke ruangan yang disediakan untuk Raka.
“ Bapak bilang untuk urusan ini diserahkan ke saya karena harus mikirkan urusan lain yang lebih penting.” Anto menjelaskan setelah mereka sampai di ruangan.
“ Tapi setidaknya saya di info. Ini saya ngga tau apa-apa." Raka menjelaskan kemarahannya.
“ Sudah saya email Pak.” Anto mencoba membela diri karena merasa sudah melakukan sesuai prosedur.
“ Lain kali setelah email, info saya.” Raka keluar dari ruangannya meninggalkan Anto yang terdiam menahan nafas melihat kemarahan Raka yang tidak pernah ia duga. Sepengetahuannya, mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sudah cukup dekat. Anto tidak menyangka bahwa Raka akan semarah ini, karena ide untuk menjadikan Amanda sebagai duta sudah diutarakannya jauh-jauh hari dan tidak ada nada keberatan dari atasannya itu.
Amanda menghampiri Raka yang terlihat sedang mengarahkan fotografer.
“ Hai Ka.” sapanya dengan suara yang cukup bersemangat.
Raka hanya tersenyum mendengar sapaan Amanda dan kembali melanjutkan percakapannya dengan team nya. Merasa tidak diinginkan kehadirannya, Amanda memutuskan untuk kembali ke ruang ganti. Wajahnya terlihat kaget melihat Dahlia yang juga sama kagetnya dengan dia.
“ Ngapain kamu disini?” Amanda memulai percakapan dengan nada cukup tinggi.
“ Kerja. Kamu ngapain di sini.” Dahlia membalas pertanyaan Amanda dengan pertanyaan. Sepertinya ia tidak lagi mentolerir tindakan Amanda yang memandangnya sebelah mata.
“ Ga mungkin. Raka itu laki-laki yang punya selera bagus. Nggak mungkin dia pakai kamu untuk proyek sebesar ini. Sadar diri, kamu tu ngga ada pengalaman, kelihatan dari cara kerja kamu.” Amanda seperti tidak terima mendapat perlawanan dari orang yang ia anggap tidak pantas.
Suara Amanda cukup keras membuat semua orang yang ada di ruangan menoleh dan bertanya-tanya tentang keributan yang mereka lihat.
“ Syukurlah kalau kamu tau selera Raka bagus. Sudah siap di make up?” jawab Dahlia seperti membunyikan genderang perang terhadap perempuan di hadapannya itu.
“ Aku nggak sudi ya dipegang sama kamu.” Amanda menjawab dengan bola mata yang hampir keluar
“ Ohh gitu, terus mau dipegang siapa?” Dahlia dengan sabar menjawab Amanda yang terlihat tidak bisa mengendalikan emosi.
“ Panggilin satpam deh. Coba siapa disini yang bisa bantu aku panggilin satpam.” teriak Amanda.