Pertemuan dan perpisahan sepertinya hal yang mutlak terjadi pada hidup manusia walau perasaan bahagia ketika bertemu tidak menjamin bahwa tidak ada air mata ketika kita dipaksa berpisah atau dengan sadar memilih untuk berpisah. Saat Amanda pertama kali bertemu dengan Raka, hidupnya terasa lebih bahagia. Kehadiran Raka membuatnya tidak lagi merasa sendirian. Amanda tanpa sadar menciptakan rencana-rencana di dalam kepalanya mengenai hubungannya dengan Raka, tanpa sepersetujuan Raka. Dengan Raka yang selalu berada di sisinya, bagi Amanda itu cukup baginya untuk membayangkan akan seperti apa masa depannya bersama dengan laki-laki yang menemani kesehariannya. Impiannya sepertinya tinggal impian ketika perempuan itu datang dan menghancurkan semua rencana hidup yang sudah ia bangun selama ini.
" Aku butuh penjelasanmu.” Suara yang tidak asing di telinga Raka ketika ia sampai ke meja kerjanya.
“ Masalah pekerjaan? Bukannya sudah sangat jelas?” Raka menjawab pertanyaan Amanda sambil mengeluarkan laptop dari tas nya.
“ Aku pikir selama ini kita baik-baik saja Ka.” Amanda menurunkan tone suaranya serendah mungkin.
“ Ya memang baik kan?” jawab Raka.
“ Aku nggak paham deh sama kamu.” Amanda sedikit tersinggung karena niatnya memperbaiki hubungan mereka tidak digubris sama sekali oleh Raka.
“ Memang. Tepat sekali.” Raka menghentikan kegiatannya lalu menatap Amanda dengan tatapan tajam kalau tidak mau disebut sebagai sebuah kemarahan.
Amanda terdiam mendengar jawaban Raka yang di luar dugaannya. Amanda tidak pernah mendengar Raka mengeluh setiap kali mereka bersama. Semuanya terlihat baik-baik saja. Apapun yang Amanda lakukan tidak pernah mendapat koreksi dari Raka yang terkenal perfeksionis. Mereka punya selera yang sama hampir di segala hal. Tidak banyak konflik yang terjadi selama mereka bersama. Mereka pun berada di lingkaran pertemanan yang sama dan semua temannya mendukung hubungan mereka. Lalu apa yang salah. Amanda masih terlihat bingung dengan jawaban Raka.
“ Sudahlah Manda. Kamu top model. Kehilangan project ini nggak akan jadi masalah besar untukmu. Aku akan urus media. Kamu tenang aja.” Raka mencoba menawarkan solusi untuk Amanda.
“ Apa menariknya Dahlia?” tanya Amanda cepat seolah akar permasalahan mereka adalah perempuan yang sangat dibencinya itu.
“ Sudahlah, professional aja. Ngga usah dicampuri dengan masalah pribadi.” jawab Raka seperti ingin mengalihkan pembicaraaan.
“ Kamu pikirin ngga image ku ketika aku digantikan oleh orang biasa yang ga punya prestasi dan pengalaman apapun?” Amanda berusaha membuka mata hati Raka yang mungkin buta selama beberapa waktu belakangan ini.
“ Tenang aja. Ngga usah panik berlebihan. Pemilihan Dahlia relate dengan citra perusahan ini kok. Dia bagian kecil dari banyak orang di luar sana yang nantinya akan bantuin aku untuk bikin awareness campaign untuk brand ku. Jadi kamu santai aja.” Raka menolak negosiasi yang Amanda tawarkan.
“ Semudah itu ya kamu ubah-ubah planning. Ngga professional kamu Raka.” Amanda seperti kehabisan akal menghadapi bulatnya tekad Raka.
“ Kamu fokus aja sama attitude kamu ya. Bisa tinggalin aku sendiri? Aku banyak kerjaan.”
“ Kamu tau dia anak dari penjual gado-gado, Ibunya nggak sekolah dan dia sendiri nggak punya ijazah S1? Adiknya sekarang di rumah sakit jiwa dan ayahnya meninggal karena tidak ada biaya untuk berobat. Sekarang ayo kita ngomong mengenai attitude dan image brand kamu yang sophisticated itu.” Amanda seperti tidak lagi bisa menahan emosinya karena tidak terima dibandingkan dengan orang yang menurutnya bukan saingannya.
“ Thank you infonya. Sekarang kamu bisa keluar.” Raka bangkit dari duduknya lalu menuju pintu dan mempersilahkan Amanda yang tidak juga ada tanda-tanda akan meninggalkan ruangan.
“ Kamu akan menyesal Raka. Aku nggak akan tinggal diam.” ancam Amanda dengan nada cukup serius.
“ Lakukan apa yang menurutmu perlu. Aku ngga akan halangi.” Raka tersenyum mendengar ancaman yang keluar dari mulut Amanda.
Merasa kemarahannya tidak mendapat perlawanan, Amanda keluar dengan wajah seperti harimau yang siap menerkam mangsa. Sapaan Anto yang hampir bertabrakan di pintu keluar tidak digubrisnya.