Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #23

Yu Nani

Dahlia merasa yang paling menyenangkan dari hidup adalah ketika ia bisa hidup di saat ini, dan hadir di dalam dirinya. Dahlia dapat dengan mudah lupa dengan kemarahannya lima menit yang lalu saat seorang teman menumpahkan teh ke atas meja kerja ketika meja kembali kering lalu kembali berkonsentrasi dengan tugas di depan mata dengan tenggat waktu yang ketat. Tidak ada sesuatu yang berlebihan, semua terjadi pada porsinya, keputusan yang dibuat hanya untuk saat itu, dan tidak dibawa ke masa depan walaupun dampaknya mungkin bisa dirasakan ketika kita tidak lagi berada di situasi itu.

“ Sudah baca berita hari ini?” Raka meminum kopinya sambil mengecek berita utama hari ini.

“ Perang dagang Amerika China?” Dahlia sempat mendengar mengenai berita itu di radio yang ia dengarkan lewat telepon genggamnya saat ia di dalam bus menuju ke kantor.

Raka menutup laptop nya kemudian melihat wajah perempuan di hadapannya yang juga sedang sibuk di depan laptop nya.

“ Bisa serius ngga si Li?” Raka terlihat serius menatap Dahlia yang sama sekali tidak menggubrisnya.

“ Loh, salah?” tanya Dahlia masih sibuk mengetik. Entah apa hal penting yang dikerjakannya hingga ajakan diskusi Raka tidak terlalu diprioritaskannya. 

“ Ada nama kamu di media sebagai orang ketiga. Setelah ini kamu pasti dicari media?” Raka menjelaskan maksud pertanyaannya.

“ Aku diberitakan jadi selingkuhannya Trump?” Dahlia tetap sibuk dengan laptopnya.

“ Kamu ini kok bisa ya menanggapi ini seolah-olah ini hal kecil?” Raka kembali pada tabiat aslinya, mudah tersulut dengan hal yang melukai ego dan harga dirinya.

“ Aku diberitakan selingkuh sama siapa? Kamu? Faktanya gimana? Kamu itu siapa?” Dahlia menjawab pertanyaan Raka dengan nada datar.

“ Kamu ngerasa aku bukan siapa-siapa?” Raka meninggikan suaranya, merasa tersinggung dengan kata-kata Dahlia yang mempertanyakan eksistensinya di dunia wastra. Sesuatu yang selalu ia banggakan.

“ Bukan begitu. Jangankan kamu, tukang sampah pun seseorang. Aku cuma nggak suka kamu berlebihan. Ini bagus ngga?” jawab Dahlia santai sambil menunjukkan foto riasan mata yang akan ia pakai saat launching.

Raka menarik nafas panjang, perempuan ini benar-benar menguras energinya. Tapi entah kenapa dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya. Raka berdiri kemudian menghampiri Dahlia untuk mengecek hasil pekerjaannya. 

“ Blue metallic sepertinya lebih bagus.” Raka menyampaikan pendapatnya.

“ Gini?” Dahlia merubah tampilan model riasan matanya sesuai permintaan Raka. 

“ Perfect.” jawab Raka singkat lalu kembali ke mejanya. 

“ Ok. Aku aplikasikan ini untuk model baju kamu yang ini ya.” kata Dahlia.

Perempuan ini bukan tidak bisa diatur. Dia masih mau mendengarkan dan berkompromi dengan pendapat orang lain tapi mungkin tidak untuk hal-hal yang sifatnya prinsip. Melihat perempuan di hadapannya bisa bekerja tanpa terpengaruh sedikit pun dengan pemberitaan di luar sana, Raka seperti merasa bahwa ia berlebihan menyikapi konflik antara Amanda dengan dirinya. Perempuan ini sama sekali tidak merasa dirinya tidak berharga walau Amanda menyerang fisik dan kondisi keluarganya. Semalaman ia tidak tidur karena tidak berhenti memikirkan apa yang akan terjadi dengan Dahlia dan perusahaannya. Sementara yang dikhawatirkan terlihat tidak begitu peduli dengan apa yang akan terjadi di luar sana. 

“ Kamu ga marah dengan pemberitaan yang sekarang ramai?” Raka menarik nafas panjang berusaha mengatur emosinya.

“ Aku nggak hidup untuk orang lain.” jawabnya singkat.

“ Aku sekhawatir ini sementara kamu terlihat nggak peduli.” Raka kembali bertanya dengan nada tinggi.

“ Kamu mengkhawatirkan citramu bukan aku.” Dahlia kembali mematahkan kata-kata Raka.

“ Ya citra kamu juga.” Raka terdiam sebentar lalu membalas kata-kata Dahlia dengan perasaan bersalah. 

“ Aku merasa kamu buang-buang waktu mikirin aku. Kalau kamu khawatir citraku mengotori perusahaanmu artinya kamu menganggap remeh perusahaanmu sendiri. Perusahaan yang kuat, sekalipun dilempari kotoran akan tetap bersinar.” Dahlia membuat penjelasan panjang demi mengalahkan ego laki-laki di hadapannya. 

“Aku berencana melawan Amanda dengan membuat issue kekerasan fisik terhadap kamu.” Raka mengutarakan niatnya.

“Terus bikin masalah baru?” Dahlia menghentikan kegiatannya dan menatap Raka tajam.

“ Kamu mau aku gimana?” Raka salah tingkah diperlakukan seperti itu.

“ Kerja.” Dahlia melanjutkan pekerjaannya. 

Lihat selengkapnya