Raka melihat Pak Joko menghentikan mobil di depan rumah yang sepertinya ia kenal, tapi tidak punya tenaga untuk menolak. Tubuhnya dipapah masuk ke dalam kamar yang luasnya hanya sebesar dapurnya.
“ Kapan terakhir ganti seprai?” Raka masih sempat bertanya memastikan bahwa ia tidak akan terkena penyakit kulit setelah ia keluar dari tempat ini.
“ Tahun lalu.” jawab Dahlia dengan cepat sambil memapah tubuh Raka untuk dibaringkan di atas tempat tidurnya yang tidak terlalu besar.
Raka yang sudah ingin merebahkan tubuhnya mengurungkan niatnya. Berdiri dan memandangi wajah Dahlia dengan tatapan nanar.
“ Mau rawat inap?” Dahlia mengancam Raka dengan kata-katanya karena sudah kehabisan cara menghadapi tingkahnya.
Raka dengan cepat merebahkan tubuhnya dan mensugesti dirinya bahwa tempat yang ia singgahi sekarang bebas dari kuman. Kepalanya terlalu pusing untuk berdebat dengan perempuan di hadapannya ini.
“ Pak Joko, bisa tolong ganti pakaian Raka dengan kaos ini?” dengan sopan Dahlia meminta Pak Joko untuk membantunya.
Pak Joko dengan sigap mengambil baju yang diberikan Dahlia. Baju hitam dengan bahan tipis bergambar band rock kesukaannya. Awalnya Raka menolak tetapi kemudian dilihatnya Dahlia sudah menatapnya dengan tajam. Mau tidak mau Raka memasrahkan dirinya di bantu oleh Pak Joko sementara Dahli bergegas keluar ruangan.
“ Di sini aja Li.” Raka masih sempat menggoda Dahlia.
“ Takut ganggu.” Dahlia membalas godaan Raka seadanya. Dilemparnya boneka tikus kecil yang ada di dekat kepalanya ke arah Dahlia yang sudah terlanjur menutup pintu. Entah sudah sebegitu putus asanya seorang Dahlia hingga memilih boneka tikus untuk menemaninya tidur.
Dahlia menuju kamar Ibunya. Dilihatnya Ibunya sedang berbaring di atas kasur sambil menonton televisi. Tidak disadarinya kepulangan Dahlia siang itu.
“ Loh, kamu sudah di rumah?” tanya Ibunya dengan wajah sedikit terkejut.
“ Bu, Raka sakit. Dahlia bawa ke rumah.” Dahlia meminta ijin Ibunya untuk bisa merawat Raka di rumah.
“ Kenapa nggak dibawa ke rumah sakit?” tanya Ibunya yang memang selalu mendahulukan logika ketika bertemu masalah.
“ Raka ngga mau. Mungkin takutnya tertahan lama sementara launching ngga lama lagi.” Dahlia mencoba membuat Ibunya menerima situasi yang tidak pernah ia rencanakan sebelumnya.
“ Ndak baik caranya seperti itu Dahlia. Sebaiknya Raka pulang ke rumahnya. Minta teman laki-lakinya untuk mengurus dia. Atau kalau tidak ada teman, ke rumah sakit saja” Ibunya merasa keberatan dengan keputusan Dahlia.
“ Coba Ibu sendiri yang bicara.” Dahlia merasa kehabisan cara meyakinkan Ibunya.
Ibu Dahlia mengambil tongkatnya dan berjalan menuju kamar Dahlia yang hanya berjarak satu meter. Dilihatnya Raka sedang tertidur setelah digantikan pakaiannya oleh Pak Joko yang juga sedang duduk di sebelahnya. Melihat kedatangan Ibu Dahlia, Pak Joko bangkit dari duduknya, memberikan salam dan mempersilahkan Ibu Dahlia untuk duduk di dekat Raka. Disentuhnya dahi Raka dan tidak bisa dipungkiri nalurinya sebagai Ibu mengalahkan logikanya.
“ Tolong ambilkan air hangat untuk kompres, Dahlia.” ujar Ibunya dengan nada khawatir.
Dahlia tahu sifat Ibunya sama persis seperti dirinya, mudah iba. Tubuh Raka menggigil. Pendingin ruangan yang dinyalakan sepertinya membuat kondisi Raka memburuk. Dahlia mengambil remote AC lalu ia matikan, membuka jendela kamar lalu menuju dapur untuk mengambil air hangat dan memasak bubur. Tidak lama kemudian Dahlia datang dengan kompres dan semangkuk bubur panas. Ibu Dahlia rupanya sudah kembali ke kamarnya. Dahlia membangunkan Raka yang setengah tertidur.
“ Bangun Rak. Makan dulu terus minum obat.” ajak Dahlia.
Raka yang benci sekali dengan panggilan Dahlia terhadapnya tidak bisa membalas karena tubuhnya terlalu lemah. Masih sempat perempuan ini bercanda dengan keadaannya yang seperti ini.
“ Aku makan sendiri?” tanya Raka.
“ Disuapin Pak Joko.” jawab Dahlia
Raka menatap Pak Joko dengan tatapan tajam seolah menyuruhnya pergi dan membiarkan Dahlia yang membantunya. Sadar bahwa ada yang aneh dari gerak-gerik laki-laki di hadapannya, Dahlia menengok ke arah Pak Joko yang kemudian menunduk saat mata Dahlia tertuju ke arahnya.
“ Saya ijin keluar Bu. Mau sholat dulu.”
Dahlia tidak bisa menahan Pak Joko untuk tinggal. Raka memperlihatkan senyuman saat Pak Joko bergegas meninggalkan mereka.
“ Apa senyum-senyum? Udah sembuh? Udah bisa pulang?”
Raka mengembalikan posisi tidurnya. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya. Bubur yang Dahlia bawa tidak disentuhnya.
“ Kalau aku yang suapin harus habis ya.“ Dahlia memberi syarat kalau Raka ingin ia suapi.