Bunga adalah sahabat wanita mungkin bukan hanya kata-kata untuk Dahlia. Perasaannya menjadi lebih baik ketika ia melihat hamparan bunga di depan matanya. Dipilihnya beberapa tangkai bunga mawar berwarna merah muda, tiga tangkai bunga peony berwarna peach, beberapa tangkai daun italian ruscus, dan ranunculus berwarna oranye. Digenggamnya erat-erat kemudian berjalan menjauh dari toko bunga yang berjarak tiga kilometer dari kantor Raka. Disusurinya trotoar yang lengang siang itu, berjalan tidak terlalu cepat sambil sesekali melihat langit yang berwarna biru cerah. Seketika perasaannya membaik. Dahlia hanya perlu mengingatkan dirinya bahwa bunga bisa terlihat cantik walau tidak ada seorangpun yang memahami. Hatinya ringan terlihat dari senyum ceria di wajahnya. Kejadian dua jam lalu sepertinya tidak pernah terjadi di hidupnya. Dahlia hanya mau mengingat hal baik dan tidak menyimpan hal-hal yang menyakitkan hatinya dan berujung menjadi beban di hidupnya.
Kantor Raka terlihat sepi, sepertinya sedang jam makan siang, Tidak terlihat satupun orang di ruangannya. Dahlia berjalan menuju dapur, diambilnya bunga yang baru ia beli, di tata nya pada sebuah vas yang sudah diisi air lalu dibawanya ke ruangan Raka. Benar saja, Raka sedang tidak ada di ruangannya. Kesempatan untuk Dahlia meletakkan bunga di tengah meja meetingnya dengan harapan mampu membuang semua energi buruk yang ada di sekeliling Raka. Dahlia paham beban Raka untuk project ini sangat besar, diambilnya kertas berwarna kuning, lalu digambarnya wajah Raka yang sedang marah dan diberinya tanda silang kemudian ditempelkan di dekat vas. Minimal Raka tahu wajahnya tidak lagi tampan ketika ia marah, begitu pikir Dahlia.
Dahlia menyisakan satu tangkai mawar untuk dirinya sendiri. Lalu dibawanya sambil berjalan menuju ruangan tempat ia biasa bekerja. Tidak lama ruangannya sudah dipenuhi dengan beberapa karyawan dan model-model yang nantinya akan memperagakan busana Raka. Teman-teman sesama perias nya pun satu per satu berdatangan. Dahlia membagikan draft konsep yang sudah disetujui oleh Raka kepada beberapa temannya untuk diaplikasikan ke wajah beberapa model.
“Kamu ngga papa?” tanya seorang teman yang sempat melihat Dahlia keluar dari ruangan Raka dengan wajah murung.
“ Gapapa, tadi aku ada urusan sebentar tapi lupa ngga ijin Bos. Sorry ya bikin kalian nunggu.” Dahlia mencoba menjelaskan masalahnya sehingga tidak menjadi bahan gosip.
“ Yang penting kamu gapapa Mba. Ini punyaku ya?” tanya salah satu rekannya melihat tumpukan kertas di tangan Dahlia.
“ Iya,Tolong bantu aku bagikan ke teman yang lain ya. Aku mau urus headpiece.” Dahlia mendelegasikan tugas kepada salah satu temannya yang ia percaya lalu meninggalkan ruangan itu menuju ke ruangan wardrobe untuk menemui Anto, asisten Raka. Laki-laki berperawakan tegap itu melihat kedatangan Dahlia lalu menghampirinya.
“ Hai Li, kamu sudah dapat kabar terbaru?” Anto menghampiri Dahlia begitu melihatnya di depan pintu.
“ Kabar apa?” tanya Dahlia dipenuhi rasa ingin tahu.
“ H-30, Konfirmasi kedatangan tamu tidak lebih dari sepuluh orang. Turun drastis dari event sebelumnya.“ Anto memberikan informasi mengenai tamu undangan.
Dahlia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Pantas saja wajah Raka hari ini terlihat sangat tertekan.
“ Mungkin nanti di H-10 datanya lebih real To.” Dahlia mencoba optimis walah logikanya berpikir ada yang tidak beres dengan angka tersebut.
“ Kalau lihat grafik reservasi event sebelumnya di H-20 biasanya sudah lebih dari lima puluh persen Li.” Anto tetap menganalisa berdasarkan data.
“ Ada doorprize? Bundling dengan produk lain yang representatif bisa To?" Dahlia mencoba menawarkan solusi karena kaget dan bingung saja tidak cukup untuk merubah situasi.
“ Bos ngga akan mau Li kalau tujuannya hanya untuk menarik undangan supaya hadir.” jawab Anto yang sudah menemani Raka sejak awal ia mendirikan perusahaan ini. Anto sudah sangat kenal tabiat dan cara kerja Raka.
“ Iya sih, ngga akan ada pengaruh ke sales. Raka ada benarnya juga. Menurutmu penyebabnya apa ya To?" Dahlia masih berusaha membantu Anto mencari solusi untuk permasalahan mereka.
Anto menggaruk-garuk kepalanya seperti kesulitan menjawab pertanyaan Dahlia. Dengan cepat Dahlia menangkap bahasa tubuh Anto.
“ Skandal aku ya?” Dahlia menebak dengan cepat.
Anto memperlihatkan beberapa berita mengenai Dahlia yang cukup merendahkannya. Berbagai berita yang tidak sesuai dengan fakta di tampilkan di beberapa akun buatan. Beberapa di akun berbayar yang memiliki jutaan pengikut. Secara pribadi Dahlia tidak merasa terganggu dengan segala pemberitaan yang ada tetapi cukup berdampak pada bisnis Raka dan ia yakin Raka sangat kesulitan menghentikan amarah Amanda,