Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #33

Sebastian Tuinistra

Cinta seharusnya datang setelah pertanyan-pertanyaan dalam logika sudah terjawab. Jalan itu yang akhirnya Raka ambil untuk membuat batasan hubungannya dengan Dahlia. Sudah tiga hari ini Raka tidak berusaha menghubungi Dahlia dan perempuan itu pun ternyata tidak menghubunginya. Jarak pada akhirnya yang menyelamatkannya dari berpikir pendek mengenai perasaannya terhadap Dahlia. Tiga hari sepertinya cukup untuknya kembali berkonsentrasi dengan pekerjaan besarnya. Mimpinya terlalu besar untuk membuatnya terjebak dalam perasaan yang mungkin sifatnya hanya sementara. Dan kemarin ia meminta Anto untuk mempekerjakan seorang videographer yang akan meliput keseharian Dahlia. Tidak untuk dua puluh empat jam tapi setidaknya publik tahu bagaimana Dahlia yang sebenarnya sehingga mereka tidak terjebak di dalam pemberitaan yang salah mengenai dirinya. 

Diam tidak selamanya emas. Di bisnis ini, citra merupakan hal yang paling utama. Raka kembali mengingatkan dirinya bahwa ia mengundang Dahlia ke dalam kehidupannya adalah untuk alasan bisnis bukan percintaan. Saat ini nasib perusahaannya sudah terlanjur dipertaruhkan karena keputusannya memilih Dahlia sebagai duta dan sudah tidak ada jalan memutar. Keputusan sudah dibuat, bagaimanapun pertunjukan harus tetap berjalan. Dahlia mungkin akan tidak nyaman selama dua minggu ke depan, tetapi Raka tidak melihat cara lain yang lebih efektif.

Akhir pekan ini Anto membuatkan janji bertemu dengan seorang videographer yang direkomendasikan dari teman baiknya di Bali. Dari track recordnya, sepertinya ia cukup berpengalaman. Ia adalah seorang freelancer berkewarganegaraan Belanda yang sudah bertahun-tahun berkeliling Indonesia dan tiga bulan ini ia memutuskan untuk menetap di Bali dan membuat project-project mengenai budaya Indonesia. Kebetulan ia menyanggupi untuk dua minggu ini membantu Raka dalam projectnya, atas permintaan teman baiknya. Tentu saja Raka senang sekali mendapati bahwa dirinya akan dibantu oleh seorang videographer professional. Harapannya sangat besar bahwa Dahlia bisa dicintai oleh publik terutama target marketnya yang kelas mengengah ke atas itu. 

“ Maaf menunggu lama. Anda Raka?” suara bas laki-laki berperawakan tegap yang terlihat rutin menjaga kebugarannya dengan warna mata abu-abu mengagetkan Raka yang sedang memikirkan nasib Dahlia.

Raka tidak menyangka bahwa laki-laki yang nantinya akan menghabiskan waktu hampir dua puluh empat jam bersama Dahlia adalah seorang laki-laki berwajah tampan yang sepertinya akan menarik hati banyak wanita. Tetapi entah kenapa ia yakin bahwa Bastian bukanlah selera Dahlia, begitu juga sebaliknya. Sejenak Raka lupa bahwa Dahlia memiliki kebebasan penuh untuk menjalani hidupnya. 

“ Bastian?” Raka berdiri menyambut Bastian dan mengulurkan tangannya.

“ Ya. Sudah lama?” Bastian menyambut tangan Raka lalu meletakkan tas nya di kursi tepat di depan Raka.

“Lumayan. Silahkan duduk. Langsung dari bandara?” Raka mempersilahkan Bastian duduk dan memanggil pelayan. Mereka bertemu di salah satu lounge hotel tempat Raka biasa menghabiskan akhir pekannya untuk mendengarkan musik kesukaannya di hotel ini dan hampir jarang Raka lewatkan. 

“ Mau pesan apa? Kopi?” tanya Raka sambil menebak sepertinya laki-laki di hadapannya itu seorang penggemar kopi.

“ Boleh.” jawabnya singkat. 

 Raka membetulkan posisi duduknya setelah selesai membuat pesanan untuk Bastian dan mencoba memulai pembicaraan.

“ Anda sudah dapat email mengenai ekspektasi kami?” tanya Raka sambil diam-diam memperhatikan laki-laki di hadapannya. Sepertinya laki-laki dihadapannya itu memiliki selera cukup tinggi, terlihat dari barang-barang yang ia kenakan tetapi bertolak belakang dengan pembawaannya yang sangat sederhana.

Lihat selengkapnya