Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #35

Hallo Banana

Kalau kita tahu hari ini kita akan bertemu dengan orang yang akhirnya akan menemani hidup kita selamanya, akankan kita mulai memperlakukan setiap orang yang kita jumpai sebagaimana kita ingin diperlakukan? Sayangnya, tidak ada seorangpun yang tahu kapan saatnya kita akan dipertemukan dengan belahan jiwa atau teman sejati dalam hidup kita. Dahlia selalu berusaha memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan, tapi dunia memang rasanya tidak adil untuk orang-orang seperti dirinya. Karena itulah ia membangun benteng dan memilih orang-orang yang mau ia ajak tinggal dan orang-orang yang hanya cukup melintas di jalan hidupnya.

Dalam urusan percintaan pun Dahlia hanya memiliki dua mantan pacar yang keduanya meninggalkan dia karena perselingkuhan. Proses hidup memberinya pelajaran untuk melepaskan apa yang tidak layak untuk ia terima dan tidak lagi membuang-buang waktu untuk orang yang salah. Dahlia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memahami itu karena sifat dasarnya yang lebih suka mempertahankan ketimbang melepaskan.

Dan jika ada yang bertanya takdir itu apa, mungkin tidak ada yang bisa menjelaskannya dengan sempurna. Bastian berdiri di hadapan Dahlia tidak bergeming. Baik Bastian ataupun Dahlian tidak menyangka mereka akan bertemu kembali, bahkan terlibat dalam satu pekerjaan.

“ Hallo monkey” Bastian menyapa wanita di hadapannya yang terlihat kaget dengan keberadaannya. 

“ Hallo banana” balas Dahlia cepat. 

“Oh, kalian saling kenal?” kata Raka yang kebingungan dengan polah kedua orang yang berdiri persis di sebelah kanan dan kiri nya. 

Dahlia yang memahami kebingungan Raka hanya tersenyum dan tidak berniat memberikan penjelasan apapun. Setelah kejadian terakhir yang membuatnya menangis, Dahlia benar-benar menjaga jarak dengan Raka. Setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata seperlunya. Bastian pun melakukan hal yang sama, dengan cepat dia mengalihkan pembicaraan mereka.

“ Sudah bisa kita mulai meetingnya?” Bastian memecah kesunyian.

Raka menghargai keputusan mereka untuk tidak menjawab kebingungannya dan mempersilahkan Bastian untuk masuk ke ruangannya bersama Dahlia. 

“ Ok. Kita mulai saja rapatnya kalau begitu. Dahlia, Bastian ini yang nantinya akan membantu kita untuk membuat video aktivitas kita menuju launching besok. Tujuan akhirnya ke arah film dokumenter Li.”, Raka menjelaskan kehadiran Bastian di kantor mereka. 

“ Hubungannya dengan aku?” tanya Dahlia masih dengan wajah bingung karena kehadiran Bastian yang sama sekali tidak pernah ia duga.

“Aku berencana untuk membentuk citra kamu yang apa adanya, Bastian ini yang nantinya akan meliput seluruh kegiatan kamu sehari-hari, mulai dari kamu bangun pagi, nge gym sampai urusan kerjaan.” 

Dahlia memandang Raka keheranan, matanya menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan konsep yang Raka buat. 

“ Sorry, bisa bicara berdua?” Dahlia mengangkat tubuhnya dari kursi lalu berjalan ke luar.

“ Bentar ya Bas, Kamu kalau mau buat kopi silahkan. Sudah disiapkan.” Raka menyentuh bahu Bastian yang dibalas dengan senyuman. 

Dahlia tampak berjalan mondar mandir di lorong tepat di depan ruangan Raka. Pintu ruangannya sengaja ditutup oleh Raka agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh Bastian. 

“ Kenapa Li?” tanya Raka begitu sampai di hadapan Dahlia.

“ Menurut kamu, kamu itu siapa?” tanya Dahlia dengan nada yang tidak biasa. 

Lihat selengkapnya