Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #43

Sebentar Saja

Raka menyelesaikan presentasinya dengan sangat baik, seperti biasa. Dahlia cukup membantu pekerjaannya dengan menghampiri peserta seminar satu per satu dan membiarkan mereka menyentuh material bahan yang sedang Raka presentasikan di tubuhnya. Raka cukup kaget dengan tindakan impulsif Dahlia yang dilakukan tanpa berkoordinasi dengannya terlebih dahulu tetapi akhirnya Raka bisa mengimbangi itu dengan cukup baik. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang ketika mereka selesai merapikan peralatan mereka. 

Percakapan mereka semalam seperti tidak pernah ada. Raka dan Dahlia sama-sama memiliki karakter yang dewasa, bisa memilah dengan baik antara pekerjaan dan hubungan personal. Raka tetap memperlakukan Dahlia dengan baik dan Dahlia sangat menghargai itu. 

“ Mau temani aku lihat sunset?” kata Raka sambil menutup tas laptopnya 

“ Boleh tapi jangan terlalu jauh. Aku lelah.” ujar Dahlia yang juga sedang membereskan koleksi-koleksi kain yang dibawa oleh Raka. 

“ Gunung Kidul yuk. Perjalanan dua sampai tiga jam.” Raka membantunya melipat beberapa kain supaya mereka bisa lebih cepat pergi. 

“ Nggak ada yang lebih dekat?” tanya Dahlia setelah menghitung berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk sampai kembali ke hotel, mungkin di atas jam sebelas malam sementara besok pagi mereka harus penerbangan jam enam pagi. 

“ Parang tritis mau?” Raka memberikan alternatif lain. 

Dahlia menggeleng lalu memutuskan untuk ikut bersama Raka karena ia juga sedang tidak ingin berdiam diri di hotel. 

Raka mengendarai kendaraannya cukup cepat untuk mengejar matahari terbenam. Entah kenapa ia memutuskan untuk membawa kendaraan sendiri tanpa bantuan sopir.

Dahlia terlihat sibuk dengan telepon genggamnya dan ternyata membuat Raka terganggu. 

“ Dahlia, aku nggak peduli saat ini kamu sedang dekat dengan siapa. Tapi bisa nggak kamu hargai aku, fokus sama aku.” Raka menegur Dahlia karena ia merasa seperti sedang berjalan seorang diri. Dahlia membuatnya merasa sangat kesepian walaupun tubuhnya berada tepat disampingnya. 

Dahlia cukup kaget mendengar suara Raka yang cukup keras tetapi lekas sadar bahwa ia telah salah memperlakukan Raka.

“ Kamu kenapa ya?”

“ Ya aku berharap kamu ngga bikin aku seperti orang bodoh yang merasa kesepian padahal kamu ada disampingku.” 

“ Kalau aku nggak disamping kamu, apa kamu tetap merasa kesepian?”

“ Kamu pernah nggak sih merasa bersalah terhadap sesuatu Dahlia? Sepertinya kamu selalu merasa tidak ada yang salah dengan dirimu.” 

“ Aku pernah menuntut kamu apa Raka?” 

“ Justru itu masalahnya Dahlia. Kamu tidak pernah membutuhkan apapun dan siapapun dalam hidup kamu.”

“ Karena kamu menawarkan yang tidak aku perlukan. Salahnya dimana?” 

Raka terdiam mendengar jawaban Dahlia. Entah kenapa semakin Dahlia menjaga jarak dengannya semakin ia ingin mendekat. 

“ Ok. Kamu butuh apa sekarang?”

“ Sudahlah Raka, kamu tidak perlu berusaha untuk memahami aku. Percuma.” 

Dahlia sepertinya memilih untuk bersikap tegas karena ia tahu Raka tidak akan pernah menyerah untuk berusaha mendekatinya. Ada satu sifat Raka yang membuatnya khawatir dan ia tidak mau terjebak lebih dalam lagi di dalamnya. 

 “ Kenapa kamu ngga mau memberi aku kesempatan Li?” 

“ Kamu sadari atau tidak, aku sudah memberimu banyak kesempatan Raka.”  

Raka seperti tidak mau merusak harinya dengan pertengkaran yang tidak perlu. Dia sadari bahwa ia tidak punya hak melarang Dahlia memutuskan apapun yang terbaik untuk hidupnya, walaupun ia tidak ada di dalamnya. 

“ Boleh aku minta satu hal Dahlia. Untuk kali ini aja.” 

Dahlia tidak menjawab pertanyaannya, hanya menoleh dan menunggu Raka meneruskan perkataannya. 

“ Aku minta waktumu hari ini untukku. Tidak ada telpon atau apapun yang mengganggu.” 

“ Kenapa aku harus memenuhi permintaanmu?” 

“ Karena mungkin tidak akan ada lain waktu.” 

Lihat selengkapnya