Cinta tidak pernah tahu kapan dan dimana ia harus berlabuh. Raka sedang termenung di depan sebuah toko perhiasan, matanya tertuju pada sebuah cincin sederhana yang ia bayangkan akan terlihat indah di jari Dahlia yang jauh dari sempurna. Setelah ia mengambil keputusan untuk meninggalkan Dahlia, tidak satu haripun ia lewatkan tanpa memikirkan wanita itu. Ia tidak sabar menunggu pagi hanya untuk melihat wajah perempuan yang sama sekali bukan tipe nya itu. Selama ini Raka terkenal sebagai laki-laki yang tegas, dan berkomitmen dengan keputusannya. Semakin ia berusaha melupakan Dahlia semakin wajah Dahlia dan kenangan mereka menghantui malam-malam panjangnya.
Bagaimana Dahlia menyentuh hatinya, sampai hari ini tidak pernah ia pahami. Selama ini ia selalu berusaha untuk menutupi bagian paling sensitif dari dirinya. Semua karyawannya melihatnya sebagai pribadi yang dingin dan bertangan besi. Ia jarang sekali menggunakan hatinya dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya. Entah kenapa dengan Dahlia berbeda, ia seperti kehilangan logikanya. Perempuan yang sama sekali tidak ada dalam list nya tetapi berhasil membuatnya menemukan dirinya sendiri.
Dipilihnya sebuah cincin dengan bentuk sangat sederhana yang dibungkus dalam sebuah kotak beludru berwarna biru. Raka tidak akan pernah lagi menghadiahi Dahlia barang-barang mewah setelah Raka membelikannya sebuah jaket kulit yang cukup mahal yang ia geletakkan begitu saja di lantai ketika ia sibuk membeli kaos bergambar es krim seharga tidak lebih dari seratus ribu rupiah. Dahlia tidak pernah melihat benda dari seberapa banyak uang yang ia keluarkan tetapi dari bagaimana benda itu bisa membuatnya tersenyum/menangis. Kali ini ia berjanji tidak akan lagi membuat kesalahan, bentuk cincin yang ia pilih ia yakini akan Dahlia suka karena hampir tidak terlihat, sama seperti dirinya.
Raka melangkah dengan senyum di wajah. Langkahnya ringan seperti hatinya. Hari ini ia berencana mengungkapkan perasaannya. Ia tidak akan membuang waktu lebih lama lagi membohongi perasaannya. Baru kali ini ia makan bubur pesanan Dahlia yang ternyata rasanya lebih enak dari makan steak mahal di restoran terkenal, mungkin karena ia sadar ia sedang jatuh cinta.
Dahlia sudah kembali seperti dahulu, kembali mengkhawatirkannya, kembali ingin melihatnya tersenyum, dan kemarin adalah hari yang membahagiakan untuk Raka. Saat ia masuk ruangan sudah ada bunga yang ia tahu hasil rangkaian tangan Dahlia karena sama persis dengan yang pernah ia lihat beberapa bulan yang lalu. Sepulang makan siang, Raka mendapati sepotong es krim coklat di atas mejanya yang ia santap dengan hati berdebar. Cukup lama ia nikmati seolah waktu akan berakhir ketika ia menghabiskan bagian terakhirnya. Dan malam harinya setelah jam makan malam, seorang kurir mengantarkan bubur ayam yang biasa Dahlia pesankan. Raka tidak terbiasa menggunakan hatinya seiintens ini tetapi kemarin ia seperti merasa ia bukan lagi Raka yang sama. Entah ia mendapat kekuatan dari mana untuk akhirnya menyerah kepada perasaannya.
Raka berjalan menuju ruangannya. Semua orang yang ia temui diberinya senyuman. Tidak ada lagi Raka, laki-laki berwajah muram yang tidak pernah berhenti berpikir. Diletakkan tas nya di atas meja kerjanya. Ia membuat teh panas untuk dirinya lalu menelpon asisten pribadinya.
“ Dahlia sudah datang?” tanya Raka kepada Anto.
“ Loh Pak, Dahlia kan sudah selesai kontrak tiga hari yang lalu.” jawab Anto cepat.
Raka menurunkan tangkai telpon lalu meletakkannya di tempat semula. Pikirannya kacau. Bagaimana bisa tidak ada seorangpun yang memberitahunya. Ia mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas mejanya dan pergi dengan tergesa. Biasanya Anto akan menjadi sasaran kemarahannya tapi kali ini tidak ada yang lebih penting dari menemui Dahlia. Seperti ada rasa takut menyelimuti hatinya yang entah karena alasan apa.
Sepuluh menit yang lalu hatinya masih melayang dengan segala perlakuan manis Dahlia yang sudah kembali seperti dahulu. Dahlia yang hangat dan manis, yang mengisi hari-harinya dengan kebodohan yang disengaja. Raka belum sanggup kehilangan saat ia sedang merasa bahwa ia tidak pernah sedalam ini mencintai wanita dalam hidupnya. Raka tidak pernah membayangkan bahwa kisah cinta nya akan berakhir tragis. Seumur hidupnya ia habiskan untuk bisa merasakan cinta seperti ini. Cinta yang membebaskan dirinya. Raka berusaha meyakinkan dirinya bahwa Dahlia masih ada di rumahnya dan tidak akan pergi jauh darinya. Ia akan bisa kembali memeluk wanita yang sangat ia cintai itu. Bastian tidak akan mungkin sanggup meluluhkan hati Dahlia. Raka merasa dirinya jauh lebih baik dari laki-laki pekerja lepasan yang pekerjaannya tidak tetap.
Tidak sampai satu jam Raka sudah sampai di depan rumah Dahlia. Rumah itu tampak sepi, pagarnya tertutup. Tidak seperti biasanya. Dahlia tidak suka rumahnya dalam keadaan tertutup. Setiap pagi ia selalu membuka semua jendela yang ada di rumahnya yang besarnya seukuran kamar tidur Raka. Siang ini semua terlihat tertutup. Pintu pagar tidak terkunci, Raka memutuskan untuk masuk dan kemudian mengetuk pintu. Setengah berharap ia mengetuk pintu dan pada ketukan ketiga seorang laki-laki yang berwajah mirip dengan Ibunya muncul membukakan pintu untuknya.
“ Ya, maaf mencari siapa?” tanya laki-laki itu dengan wajah heran karena tidak pernah bertemu sebelumnya.
“ Dahlia ada? Maaf anda siapa? Saya teman kantornya, Raka.”
“ Oh perkenalkan saya Michael, adiknya. Silahkan masuk.”