Sudah Tiba Saatnya

Martha Melank
Chapter #46

Apa Kabar Dahlia

Bastian pernah meyakinkan Dahlia saat ia kuatir dengan hidupnya bahwa masa depan adalah hari ini karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada kita satu detik kemudian. Siapa yang sangka hari ini Bastian melihat Dahlia sedang duduk di sebuah toko buku terbesar di kotanya dengan puluhan orang mengantri dengan tertib membawa buku hasil karya istri tercintanya. Semua keputusan-keputusan salah yang pernah Dahlia buat dalam hidup mengantarnya pada satu keputusan benar yang membuat hidupnya terasa lengkap dan bahagia. Bastian merasa semesta terlalu baik kepadanya karena mengijinkan mereka saling bertemu dan saling membantu menemukan tujuan hidup mereka masing-masing.

Dahlia menemukan karena ia mencari, ia tidak diam saja menerima takdir, ia mencari apa yang ia inginkan dalam hidup, walaupun ia harus merasakan salah, jatuh, kecewa dan rasa sakit. Bastian dan Dahlia adalah dua orang pemberani yang sadar bahwa mereka diciptakan dengan kehendak bebas oleh penciptaNya. Mereka berani menantang diri mereka sendiri untuk menemukan potensi terbesar mereka dengan sabar.

Usaha yang Bastian mulai bersama dengan Dahlia pun berkembang, bahkan ia bisa mendirikan perusahaan penerbitan sendiri. Dahlia melemparkan senyum kepada Bastian ketika ia menyadari suaminya berdiri di pojok belakang toko buku dan memperhatikan dirinya. Bastian menangkap sinyal bahwa istrinya saat itu sedang membutuhkan dirinya, Dahlia bicara melalui tatapan matanya yang hanya Bastian yang mengerti. Laki-laki itu menghampiri Dahlia kemudian memeluknya dan memberikan kecupan di kedua pipinya. Dahlia butuh hal-hal manis dalam hidupnya untuk membuatnya tetap hidup dan Bastian cukup peka akan kebutuhan istrinya. Bastian kembali membiarkan Dahlia meneruskan kegiatannya sore itu sambil matanya tak lepas memandanginya. 

Sejam kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Jam delapan malam mereka harus menemui dokter kandungan karena dua minggu terakhir Dahlia belum mengalami menstruasi. Bastian dan Dahlia adalah tipe pasangan praktis yang tidak mau membuang-buang waktu sia-sia dalam asumsi, mereka sepakat untuk menemui dokter untuk mendapatkan hasil yang pasti. 

“ Selamat ya, kalian akan memiliki bayi sembilan bulan ke depan.” kata dokter kandungan yang mereka temui. 

Bastian memeluk Dahlia dan menangis haru. Tidak pernah ada di benak mereka bahwa semesta akan memberi mereka kesempatan untuk merawat seorang anak dari buah hati mereka sendiri. Umur Dahlia saat ini sudah tidak muda lagi, hampir menginjak 40 tahun. Mereka sudah berencana untuk mengadopsi seorang anak berkebangsaan Afrika yang Dahlia temui saat ia bersama seorang teman mengunjungi sebuah panti asuhan. Dahlia hampir tidak bisa bernafas mendengar hasil tes malam ini. Bastian yang akhirnya menyadarkannya bahwa semua ini bukan hanya mimpi. Ruangan menjadi penuh haru, energi cinta mereka memenuhi ruangan. Dokter kandungan mereka pun ikut menitikkan air mata. 

" Karena ini kehamilan pertama, Dahlia harus istirahat total beberapa bulan ini, mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi." Dokter memberi pesan kepada Bastian saat mereka berjalan ke luar ruangan. Bastian mengangguk dan berjanji akan menjaga Dahlia sebaik mungkin. 

Bastian menggandeng tangan istrinya dan berjalan menyusuri rumah sakit. Dahlia beberapa kali mencoba menggoda Bastian tentang kesiapannya menjadi seorang ayah. Sesekali Dahlia tertawa cukup keras melihat reaksi Bastian yang cukup menggemaskan setelah mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Langkah Bastian tiba-tiba terhenti di sebuah koridor rumah sakit. Matanya lurus kedepan. Ia menghentikan tingkah konyolnya. Dahlia yang sedang menatap wajah Bastian ikut berhenti ketika Bastian tidak melanjutkan langkahnya. Lalu melihat apa yang membuat Bastian berhenti tertawa. Dihadapan mereka terlihat seorang perempuan tinggi semampai dengan potongan rambut sebatas telinga yang wajahnya mereka kenal, tengah mendorong seorang laki-laki bertubuh kurus dengan kepala tanpa sehelai rambut pun. Ia menggunakan sweater putih cukup tebal dan jaket berwarna coklat. Cukup untuk membuat tubuhnya terlihat lebih berisi tetapi wajahnya yang tirus membuat siapapun yang melihatnya berpikir ia tidak baik-baik saja.  

“ Apa kabar Dahlia?” suara yang Dahlia sangat kenal terdengar kembali di telinganya. 

Mata Dahlia membesar ketika ia menyadari siapa laki-laki di hadapannya itu. Ia menutup mulutnya yang menganga karena terkejut. Lima tahun berlalu, Dahlia pergi meninggalkan Raka tanpa pamit. Ia teringat hari terakhir sebelum ia memutuskan untuk pergi bersama Bastian, ia pergi menghilang dan cukup membuat Bastian khawatir. Kebiasaannya pergi dan menghilang tanpa pamit masih sering ia lakukan sampai hari ini dan Bastian sudah mulai terbiasa dengan karakter Dahlia yang seperti itu. Dahlia selalu butuh waktu untuk sendirian dengan dirinya sendirinya.

Pagi itu ia pergi ke toko bunga favoritnya memesan beberapa bunga yang selalu ia pesan. Lalu ia rangkai dan ia letakkan di dalam ruangan Raka sebelum para karyawan datang, hanya satpam yang membantunya masuk. Kemudian pergi ke taman dekat kantor untuk makan siang bersama Bu Ani. Sepulang dari taman ia membeli es krim coklat yang ia titipkan melalui seorang asing yang ia temui di selasar gedung yang ia mintai tolong untuk membantunya memberikan es krim kepada seorang teman karena ia harus terburu-buru ke dokter. Dan jam sembilan malam ia memesankan Raka bubur ayam yang selalu ia pesan ketika ia lembur bekerja. Dahlia tidak tahu apakah Raka masih bekerja atau tidak tapi ia memutuskan ini kali terakhir ia melakukan sesuatu untuk laki-laki ini. 

Dahlia menghampiri laki-laki yang pernah hampir ia berikan hatinya walau sesaat. Dilepaskan genggaman tangan Bastian dan berjalan kurang lebih dua meter lalu menempelkan lututnya pada lantai sehingga mereka bisa bicara. Dahlia menyentuh tangan laki-laki itu yang kini jauh lebih kecil. Raka menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Sepertinya kemarahan dan kebenciannya pada Dahlia sudah hilang saat ia melihat wanita yang pernah ia sangat cintai itu tertawa, walaupun tidak tertawa bersamanya. 

Dahlia reflek memeluk tubuh kurus di hadapannya. Hatinya terasa sakit melihat Raka dalam kondisi tidak berdaya seperti ini. Ia harus tetap sehat supaya mimpi-mimpinya dapat tetap hidup. Dahlia tidak bisa menerima kenyataan bahwa sepeninggal dirinya Raka menjadi seperti apa yang ia lihat sekarang. Tangan Raka akhirnya melingkar di tubuh Dahlia setelah cukup lama terdiam kaku saat Dahlia memeluknya. Perempuan di pelukan Raka itu kemudian menangis setelah Raka memeluknya.

Bastian mengusap air di sudut matanya melihat apa yang terjadi di hadapannya. Ia tahu istrinya sangat peduli terhadap laki-laki itu. Dahlia memiliki hati yang sangat sensitif, ia dapat merasakan luka setiap orang yang ia temui. Awal mereka hidup bersama, Bastian kebingungan dengan sifat Dahlia yang sering memeluk orang asing di taman yang kemudian menangis setelah bicara dengannya. Dan bagaimana senyum bahagia terlihat dari wajahnya setiap kali ia membantu orang lain walaupun itu hanya mendengarkan kisah mereka.

Lihat selengkapnya