Sudut Cafe Kala Itu

Deni Ratna Juwita
Chapter #2

Bab 2

Hari Rabu.

Tepat pukul sepuluh pagi, Reandra sampai ke tempat kerjanya—sebuah kafe dengan nama kafe Kala. Kebetulan jadwal kuliahnya hari ini kosong. Seperti biasa Reandra langsung berganti kostum, memakai celemek warna cokelat, ciri khas sekali untuk pegawai kafe kopi.

“Ndra. Udah ada pesanan . Bisa langsung buat, nggak? Satu ice Americano tanpa gula,” pinta Reno—teman satu kerjanya.

Reandra mengangguk. Cepat kilat ia membersihkan lebih dulu mesin coffe maker menggunakan lap basah. Kemudian, ia juga menyiapkan gelas kecil sebagai tempat kopi sementara.

Segenggam biji kopi perlahan Reandra masukan juga ke dalam coffe maker , kemudian, ia press dan k eluarlah sedikit demi sedikit cairan berwarna hitam kecokelatan.

“Lumayan,” gumam Reandra.

Hampir enam bulan lamanya sejak resmi merantau, Reandra kerja part time di Cafe Kala ini. Letak kafe ini juga tidak jauh dari indekosnya. Hanya jalan beberapa langkah saja sudah sampai.

Lagi-lagi hanya berbekal modal nekat, Reandra bisa kuliah sambil kerja. Untungnya, kafe ini mau menerima surat lamaran kerja Reandra, meskipun terbilang statusnya saat itu masih mahasiswa baru rantauan dari Jakarta.

“Es Kopi Americano satu. Ada tambahan?”

“Sudah, Kak. Tidak ada.”

“Baik, Kak. Silakan dinikmati. Selamat Pagi.”

Setelah selesai dengan pesanan pertama, Reandra kembali mengecek perlengkapan lainnya.

“Ndra, gue mau keluar bentar, beli sarapan. Lo mau titip?”

“Boleh aja, asal lo yang bayarin, Ren.”

Reno mendesis. “Enak aja. Yaudah gue pergi dulu. Seperti biasa, 'kan? Nasi kuning pakai mendoan? ” Reandra mengangkat kedua tangannya membentuk simbol ok.

Di sela-sela mengecek perlengkapan, Reandra tidak sengaja membuka notifikasi dari Whatsappnya. Terlihat chat dari grup keluarganya sudah menunjuk ke angka 50.

[Pah, lihat!]

Kevin—Kakak ketiganya mengirimkan sebuah foto dirinya bersama patung Liberty yang ada di belakang.

[Wah, bagus sekali! Ajak Papah ke sana kapan-kapan!]

Tidak ketinggalan, kakak kedua perempuannya—Rina mengirim gambar juga sedang berada di Selandia Baru bersama teman satu kantor. Terlihat seru.

Respons yang diberikan oleh orang tuanya pun keliatan berbeda diibanding enam bulan yang lalu, saat Reandra memberi kabar bahagia, bahwa ia telah berhasil mendapat beasiswa dan juga tempat kerja parttime. Sama sekali tidak ada respons. Hanya dibaca saja.

Menyakitkan bukan? Iya, tapi itu adalah salah satu bagian dari risiko yang dia dapatkan. Reandra menganggap semuanya angin lalu. Lagipula , respons negatif tidak akan membuatnya goyah.

Hidup sesuai pilihan dan terkadang memang menyakitkan, tapi tidak sebanding bila menemui keindahan luar biasa di depan sana.

Lihat selengkapnya