Sudut Lancip

Zaga Masi
Chapter #1

Cuwil 020 Meninggal itu sulit Bagi Orang yang memegang Amanah

Aku sudah selesai ujian semester tujuh. Dua kali natal dan tahun baru aku tidak mengalaminya bersama ibu. Aku rindu natal dan tahun baru bersama beliau.

Ibu menelepon dari kampung. Hari itu tanggal 19 Desember. Ibu berujar bahwa dia sakit.

Mungkin beliau terlalu keras bekerja. Aku pulang. Kepulanganku dipercepat.lebih cepat dari rencana yang telah aku buat. 

Aku menemui beliau sedikit kurus karena sakit. Terbaring lesu dan layu di tempat tidur. Aku memegang tangannya dengan erat. Tangan sedikit kurus itu terasa sedikit kasar karena kuat bekerja. Aku meneteskan air mata

“Leo, ibu belum mati. Masih sangat lama ibu meninggalkanmu. Ibu hanya lelah. Hapus air mata kamu itu”, ucapnya lirih.

Mata itu terlihat lelah

“Ibu jangan terlalu keras bekerja. Apa yang ibu kejar dalam hidup ini?. Terlalu bekerja melelahkan badan. Kita sudah punya cukup uang. Aku juga sudah bisa sedikit dapat uang.”

“Tidak apa nak. Sakit ini tidak berarti apa-apa.”

“tidak apa-apa bagaimana?. Coba ibu lihat tangan ibu saja. Sudah sedikit kurus. Kalau ibu kenapa-kenapa, untuk apa aku berjuang sebagai anak lelakimu.”

“Sakit adalah cara Pencipta membuat kita untuk istirahat.”

“Maksud ibu kalau belum sakit itu berarti Tuhan belum mau kita istirahat”

“tentu”

“Kalau istirahat terus bagaimana coba?. Istirahat dan tidak bangun-bangun. Leo nanti bagaimana”

“Maksud kamu meninggal?. Kamu kira meninggal itu gampang saja. Meninggal itu sulit untuk orang-orang seperti kita.”, Sahutnya sambil tersenyum lebar

“ibu tahu dari mana meninggal itu sulit untuk orang seperti kita”

“kalau kamu terus dicoba dan dibentuk Tuhan dengan cara yang berbeda berarti kamu akan umur panjang. Ibu percaya itu.” 

“Walah bu. Apa argumentasinya?”

“ibu tak tahu pasti soal itu. tapi ibu berpikir begini. Kalau kita dibentuk dengan cara yang hebat maka sebenarnya pada saat itu Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar di masa depan. Tuhan telah mempersiapkan kita menjadi insan-insan yang kuat dan layak sebagai pemegang amanah, orang terpercaya, dan tangan kanan untuk memikul sesuatu yang besar dan besarnya itu tak terduga.”

“Pertanyaannya adalah apa yang besar di depan itu.”

“kita tidak tahu. tapi yang kita tahu adalah umur kita akan lebih panjang dan kita dipercayakan hal-hal besar.”

“Misalnya apa coba bu”

“Kamu bisa melihat pada kehidupan ibu. Mengandung kamu dalam rahim ibu melalui cara yang tidak biasa. Sampai harus terusir dan terbuang, itu tidak mudah. Kalau tidak ada sesuatu hal besar yang dipercayakan kepada ibu mungkin kamu tidak akan lahir. Ibu dibentuk olehNya untuk tetap menjaga kamu hingga melihat dunia. Kalau tidak ada hal besar yang diamanahkan kepada ibu, mungkin ibu sudah mati di tanah terbuang dan terusir entah dengan cara apa saja. Mungkin bunuh diri atau mungkin mati karena stress berat, kamu lihat sendiri sekarang. Ibu semakin bertambah umur dan kamu semakin bertambah besar. Kalau tidak ada sesuatu yang penting yang dipercayakan kepada kita mungkin ibu sudah mati lama sebelum hari ini. demikian juga kamu. Kalau tidak ada sesuatu amanah yang besar yang akan kamu pikul di masa depan nanti, mungkin kamu sekarang sudah tidak kuliah dan hanya mnejadi petani kecil atau juga pekerja di kantor desa.”

“Aku kagum pada ibu. Kata orang ibu wanita belia bertian dengan cara keaiban. Tapi yang aku lihat, yang belia menurut orang-orang telah bernas.”, ujarku tulus

 “menurut ibu orang-orang seperti kita, semakin banyak dicoba dan dibentuk oleh Tuhan dengan cara yang hebat, maka kemungkinan sangat besarnya adalah umur kita akan panjang karena hal besar atau tujuan besar di depan sana sedang menunggu untuk kita pikul dan emban. Mati tidak gampang bagi orang yang diuji, dan sakit hanya cara Tuhan membuat kita istirahat sejenak.”

“Ibu terlalu percaya diri dan aku takut setengah mati”

“jangan kamu meremehkan ibumu ini”, ucapnya sambil tertawa senang.

Pembicaraan kali ini bersama ibu membuka kesadaran baru pada diriku. Ibu benar-benar sudah berubah. Setidaknya dalam pandanganku. Cara ibu berbicara dan menyingkapi sesuatu berlainan dengan ibu yang dulu. Kali ini aku melihat seorang wanita yang hanya lulusan sekolah dasar dan tak menamatkan pendidikan SMP itu seorang wanita yang pantas dibilang wow. Cara ibu bertutur dan mebangun argumentasi pantas diancungkan jempol. Aku sebagai anak yang mengenyam pendidikan bangku kuliah merasa beliau sangat hebat. Menyadari itu, akhirnya kau harus mengamini bahwa pelajaran kehidupan itu adalah sekolah yang sesunggguhnya. Pengalaman menjadi ibu sejak masih belia membuatnya semakin merunduk seperti padi dalam ketertundukannya. Pemikiran-pemikirannya mengejutkan

“Ibu sudah ada obat?”

“Sudah. Kemarin Areni yang bawa ke sini”

Lihat selengkapnya