Sudut Lancip

Zaga Masi
Chapter #2

Cuwil 021 Sebuah Tanya, dan jawaban tak terkatakan

Sebelum memberi diri pada skripsi dan penelitian, aku mengambil waktu berlibur dengan ibu. Aku mendapati Areni juga berlibur.

Aku masih punya waktu hingga akhir Februari di rumah. Itu berarti hari kasih sayang aku masih di rumah. Aku ingin bersama ibu. Aku ingin merayakan kasih bersama beliau.

Rencanaku 14 Februari itu bersama ibu akhirnya gagal. Beberapa adik-adik mudika mengadakan acara valentine desa. Tempat kegiatan akan terjadi di balai desa. Awalnya aku menolak sewaktu diajak oleh adik-adik mudika, tetapi karena dipaksa, maka aku tak sanggup menolak. Tema acara malam itu adalah Tak kenal maka tak sayang. Aku tidak pernah menyangka Areni akan hadir juga malam itu. 

Setelah acara nyanyi, menari dan acara inti digelar, maka ada sebuah permainan yang kurasa sangat menggelikan juga menggelisahkan. Menggelikan untuk para penonton, tetapi menggelisahkan untuk para pencinta-pencinta muda dan pasangannya. Permainan itu seturut tema Tak kenal maka tak sayang. Awalnya aku bingung bagaimana model permainannya. Beberapa pemuda dan pemudi yang sudah diketahui hubungan mereka dipilih menjadi bagian dalam permainan. Ada sepuluh pasang.

Di desa sudah tahu aku dan Areni dekat. Maka aku dan Areni menjadi pasangan kesepuluh. Kami berdua sama-sama kaget ketika nama kami masing-masing disebutkan. Aku ragu-ragu, demikian juga Areni.

Sebagai orang yang cukup selalu awas melihat situasi social, aku menjadi ragu-ragu untuk maju. Sempat beberapa kali dengusan tidak senang aku berpasangan dengan Areni, terdengar di telingaku. Bahkan bibir bengkok itu terlihat jelas di mataku. Sorakan-sorakan sumbang membunuh keberanianku. Aku sedikit mengurung niat untuk maju. Aku bingung harus bagaimana menyelamatkan situasi. Mc terus menyebut nama kami berdua untuk maju. Rupanya Tuhan telah menggerakan hati itu. Aku mendapatinya maju dengan anggung ke depan. Antara ragu, bimbang, dan tak ingin membuat Areni menunggu, aku maju juga. Sebagai lelaki aku harus berlaku gentle dan menghargai seorang wanita yang mungkin juga sedang berjuang di tengah omongan orang. Aku harus belajar bertahan dan menjadi kuat walaupun cibiran, omongan,dan telunjuk yang tidak menyenangkan. Pria harus bisa menahan badai.

Aturan permainan sederhana. Gandeng pasanganmu turun dan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Tetapi sebelum menggandeng ada langkah awal yang harus dilalui yaitu memilih pasanganmu dengan mata tertutup. Pemenangnya adalah orang yang menggandeng pulang pasangannya sesuai dengan yang sudah terbaca sejak awal. Artinya aku bisa menang kalau aku bisa pulang dengan menggandeng Areni. Areni adalah pasanganku sejak awal. Kalau aku menggandeng orang lain maka aku kalah. 

Aku pikir itu mudah saja. Ternyata tidak. Para wanita di panggung sudah ada sepuluh. Panitia menambahkan lagi sepuluh. Sehingga wanita yang akan kita pilih berjumlah dua puluh orang. Bayangkan saja, dari dua puluh orang wanita, kami harus menggandeng salah satunya untuk turun dari panggung, dan wanita itu adalah pasangan yang sudah dibacakan di awal.

Kami menyadari kalau itu sulit sekali. Peluangnya sangat-sangat kecil. Hanya orang yang benar-benar mengenal pasangannya bisa menang. Sebelum memilih dan menggandeng wanita itu maka kami diberi kesempatan untuk meraba tangannya. Pasangan yang biasa bersama pasti pernah saling berpegangan tangan. Untuk langkah awal ini maka si lelaki bisa memilih ketiga dari duapuluh sebagai kader pasangannya. Kedua adalah pegang tangannya dan berjalan beriringan. Pasangan yang sudah bersama pasti pernah berjalan bersama. Tiga orang wanita terpilih dieliminasi satu sehingga tersisa Cuma dua orang. Ketiga adalah mengukur tinggi badan. Pasangan yang sudah lama bersama berarti pernah berdiri dan berjalan bersama. Setelah mengukur tinggi badan baru dieliminasi satu lagi. Wanita terakhir itu adalah pasangan yang akan digandeng turun. Kalau tidak mengenal pasangan dengan baik berarti tidak akan pernah mudah menggandeng pasanganmu dengan benar. Bukan hanya mengenal dengan baik, bahkan harus benar-benar tahu pasangan kita seperti apa. Logika harus benar-benar berjalan. Ingatan harus benar-benar kuat.

Hadiahnya cukup besar. Uang jutaan dan kupon pengobatan gratis dua kali di klinik desa.

Mulailah permainan itu. kami diberi kesempatan untuk melihat para wanita lima menit. Setelah selesai mata kami para lelaki ditutup dengan kain hitam. Kami hanya melihat kegelapan setelahnya. Kami kemudian disodorkan kertas-kertas kecil untuk dipilih. Ternyata di dalamnya adalah nomor urut untuk maju memilih wanita. aku mendapatkan urutan kesepuluh.

Urutan pertama adalah Jack. Pasangan awalnya adalah Rini.

Para wanita maju satu-satu dan memberikan tangannya untuk dipegang Jack. Wanita yang dirasakan oleh jack adalah Rini maka dia menempatkan di sisi kanan. Kalau dirasakan itu bukan Rini maka boleh dibiarkan berlalu. wanita yang dirasakan adalah Rini hanya berlaku tiga orang. Tiga orang ini kemudian diajak oleh jack berjalan. Jack gagal karena dari tiga calon yang adalah Rini ternyata Rini aslinya tidak masuk di dalamnya.

Orang kedua melakukan kesalahan yang sama. Orang ketiga sudah berhasil. Dia gagal di eliminasi terakhir. Wanita yang dieliminasinya adalah pasangannya yang sebenarnya. Semua orang mengikuti dengan tegang. Sesekali ada teriakan dan siulan. Tidak disangka permainan itu sangat mengesankan dan membuat orang-orang tegang bukan kepalang. Bapak-bapak yang turut hadir terlihat antusias. Ayah dan ibu Areni juga menyaksikan itu.

Bagi banyak orang melihat aku dan Areni seperti kekasih. Tetapi bagi kami berdua ini adalah saat menentukan ketika kami harus diuji dan diadu sebagai teman, sahabat, mungkin juga cinta yang sudah terbina sejak sangat lama. Areni ingin tahu seperti apa aku mengenalnya. Dalam atau dangkal.

Permainan itu terasa hampir gagal. Aku adalah orang terakhir malam itu. Wanita pertama maju aku memegang tangannya. Aku membiarkannya pergi karena aku pikir kuku di jarinya sedikit panjang. Orang keduapun demikian. Hingga orang kesepuluh baru aku menemukan seorang wanita dengan kuku yang sangat pendek. Kurasa itu begitu rapih. Aku memilihnya sebagai wanita pertama dan aku memberikan posisi pada dia di sebelah kananku. Wanita kesebelas ternyata seorang wanita dengan kuku yang pendek, tetapi dia lebih tinggi dariku. Aku langsung membiarkannya berlalu. semua orang diam tanpa kata. Hanya alunan melodi dari piano mengiringi langkah para wanita. aku hanya sekali mendengar Ayah Areni memberikan semangat. Wanita keduabelas kurasa tidak karena tangannya terlalu kasar dan kuku jarinya terlihat panjang. Aku hanya membayangkan kuku itu pasti berwarna sangat menarik. Aku masih punya satu wanita di samping kananku. Urutan ketujuhbelas seorang wanita yang kurasa Areni maju. Aku memilihnya, karena kurasa dia adalah Areni. Aku sudah punya dua perempuan. Urutan kesembilan belas aku pilih juga. Karena sudah tiga orang di kananku maka wanita keduapuluh aku tak memegang tangannya. Aku biarkan dia berlalu.

Semua orang tegang menyaksikan. Aku mengandeng salah seorang wanita dan berjalan bersamanya. Aku menghitung langkah. Wanita kedua aku gandengang dan berjalan, demikian juga wanita ketiga. Kuhitung semua langkah dari ketiga wanita tersebut. Wanita pertama terlalu lebar langkahnya. Analisaku dia memakai rok yang sedikit kembang itu berarti dia bukan Areni karena Areni yang kulihat tadi dia memakai rok jeans. Langkahnya pasti tidak selebar itu. aku juga tahu dengan baik selebar apa langkah Areni. Langkahku pasti satu setengah ubin dan Areni satu ubin saja. Bunyi banting kaki sekcil apapun aku tahu. Wanita pertama yang berjalan bersamaku langsung aku eliminasi. Berarti sisa dua wanita yang akan melanjutkan ke tahap selanjutnya. Mengukur tinggi badan. Aku tahu betul kalau Areni tanpa sepatu berarti ketika dia berdiri, tingginya akan sampai di bawah telinga. Dia memakai sepatu dengan perkiraan tingginya empat atau lima centi. Berarti dia berdiri dan tingginya akan melewati telingaku mungkin secenti. Aku mengukur wanita kedua. Ternyata dia hanya tepat secenti dibawah telingaku. Wanita pertama aku pindahkan kesebelah kiriku dan dan wanita kedua aku pindahkan disebelah kananku. Aku menggapai wanita di sebelah kiriku dan mengajaknya berjalan menuju kursi di bawah panggung acara. Aku berjalan dibimbing wanita karena mataku tertutup. Semua hening. Aku duduk di kursi. Semua menarik napas dan bertepuk tangan riang dan senang. Tidak pernah disangka oleh mereka akan jadi seperti itu. Areni membuka ikatan di mataku. Aku melihatnya hanya tersenyum senang di depanku. Tepuk tangan ,memenuhi ruangan. 

Mc malam itu mendekati kami.

“Ini adalah tantangan terakhir”

“Tantangan apa lagi” bisikku hampir bersamaan dengan Areni

“tantangan sederhana ala korea. Tantangan untuk mengetahui kecocokan dan telepati. Saya akan memberikan pertanyaan pilihan, dan katakan dengan cepat apa pilihan. Lima kali bertutrut-turut”

“serigala atau singa?”

“singa” aku dan Areni menjawab bersama

Belum ada reaksi dari orang. Mungkin masih permulaan

Sunrise atau sunset

sunset” sekali lagi jawab bersama

Ada beberapa tepukan. Semua penonton mulai melarikan perhatian kepada kami berdua

Lihat selengkapnya