Sugar Lovely Winston namanya, gadis berambut keriting berwarna merah menyala itu terlihat saat ini sedang dirundung duka. Dia baru saja diputuskan kekasihnya. Akmal Jeyden, lelaki yang sudah menjadi kekasihnya sejak di junior high school hingga mereka mau lulus senior high school delapan bulan lagi. Katanya, cinta itu akan bertambah kuat seiring berjalannya waktu apa lagi masa-masa remaja yang selalu dihiasi romantisme yang seringkali tak sesuai dengan usia.
Ophe merasa kalau Akmal memang tidak lagi mau meneruskan hubungan mereka karena gadis itu memilih berpegang teguh pada prinsipnya. Takkan mau disentuh –secara berlebihan – sebelum menikah.
Pegangan tangan saja bagi Ophe sudah lebih dari cukup, sayangnya tidak pernah cukup untuk Akmal. Ophe mendesah muram, pagi ini dia berdiri di atas gedung kesenian. Takkan ada orang yang akan datang ke sini selain tempatnya sepi juga karena tidak memiliki alasan apa pun, ah, kecuali bagi mereka yang berniat bunuh diri. Bukan Ophe orangnya, dia memang sedang patah hati tetapi takkan mau berbuat senista itu.
Menarik nafas dalam-dalam gadis itu menaikkan satu kakinya ke atas dinding pembatas.
Di bawah sana, Ophe bisa melihat mantan kekasihnya yang ... Gadis itu berdecih jijik saat otaknya memproses apa yang baru saja dilihat.
Akmal berciuman dengan seorang gadis di bawah pohon tempat mereka sering bertemu, dulu.
Melihat betapa agresifnya Akmal sampai membuat si gadis dalam dekapan seperti boneka kain. Ophe menelan ludah akibat rasa gugup saat melihat tangan Akmal terulur menarik rok gadis itu dan ...
Apa yang mereka lakukan? Ophe menjerit dalam hati.
Melihat pergumulan kedua orang itu membuat bulu kuduk Ophe meremang. Akmal memang sesialan itu! Dia memang tidak mau disentuh tetapi bukan berarti tidak pernah merasa bergairah dan Ophe lebih memilih mempertahankan kesuciannya.