Disclaimer : Perlu diperhatikan bahwa isi cerita, nama tokoh, dan tempat dalam cerita ini adalah fiksi. Seluruh penulisan isi dalam cerita dan opini adalah milik saya. Beberapa informasi tambahan didapatkan dari berbagai sumber. Terimakasih.
_______________________
βββ
Cintailah yang pertama kali menguatkan hatimu.
ο»ΏYang meneguhkanmu untuk dapat tetap berdiri meski badai menerjang tubuhmu ribuan kali.
_______________________
Bandung, 09 Juni 2030
....
LANGIT cerah kala itu. Suara debur ombak tak henti riuh ditelinga. Hamparan laut biru senada warna langit memanjakan siapapun yang terpikat. Ombak yang menghantam batu-batu karang maupun yang menerjang pasir ditepi pantai meninggalkan biuh-buih sewarna awan.
Dua orang lawan jenis saling berhadapan ditepi pantai. Bak mulut yang tak dapat berbicara. Ada rasa asing yang hinggap. Ada pula rasa rindu yang melekat. Rasa yang bahkan hati pun tak tahu apa yang sekiranya pantas untuk diucapkan. Sebab, dua manusia itu sama-sama tak tahu apa yang ada dipikiran lawan bicara. Adakah yang diucapkan akan membuatnya tak nyaman? Adakah yang diutarakan akan membuat suasana yang tak kunjung mencair justru menjadi semakin beku?
Entahlah... Erina tak mengerti bagaimana kejamnya cara dunia ini bekerja. Baginya, ia hidup layaknya manusia lain, tapi apa yang sudah ditakdirkan untuknya membuatnya kehilangan asa.
"Kebanyakan orang bilang kalau masa sekolah itu masa paling menyenangkan. Tidak semua benar, tapi memang ada alasan mengapa mereka berbicara seperti itu disaat orang lain mungkin akan berkata kalau mereka membenci masa sekolah. Seperti yang gue rasakan dan lewati, masa sekolah bukan hanya tentang belajar demi mencari nilai, tapi juga masa dimana awal kehidupan menuju masa yang lebih rumit itu dimulai. Gue adalah satu dari sekian banyak orang yang akan bilang kalau masa sekolah itu menyenangkan. Tapi, semakin dewasa justru semakin menyesakkan. Mungkin nggak cuma gue yang merasakan. Melainkan semua manusia di muka bumi."
9 TAHUN YANG LALU...
Bandung, 15 Mei 2021
....
Berada didataran tinggi dengan ketinggian 768 meter diatas permukaan laut, membuat Kota Bandung dan sekitarnya menjadi lebih sejuk dan dingin dibanding kota-kota lain. Kota metropolitan terbesar di Jawa Barat itu sudah ramai dengan manusia yang sibuk dengan urusan masing-masing bahkan ketika mentari masih belum sepenuhnya menjadi pemeran utama. Mulai dari pergi ke pasar, berdesak-desan di angkutan umum demi berangkat bekerja, atau bahkan sekedar lari pagi yang diklaim bisa menyehatkan tubuh dan langkah untuk mendetoks tubuh dari racun. Bangunan gedung-gedung tinggi nan besar seolah sedang berlomba menunjukan siapa yang paling berkuasa.
Sebuah rumah besar dengan dua pilar penyangga terlihat bak istana. Gerbang rumah dicat dengan warna emas. Begitupun beberapa bagian kecil rumah untuk menonjolkan desain bangunan. Seorang gadis muda berseragam SMA dengan perlengkapan sekolahnya terlihat menuruni anak tangga tanpa alas kaki dan bergabung dengan kedua orang tuanya dimeja makan. Denting peralatan makan yang saling berbenturan itu menjadi pengisi suara disaat keheningan belum juga tercairkan. Hingga suara sang kepala keluarga menginterupsi keheningan yang ada.
"Nanti sore kamu ada les musik, kan? Jangan lupa kasihkan oleh-oleh buat Om James," kata Arya.
"Oke!" Jawab Erina.
"Uang saku kamu masih?" tanya Mala.
"Masih, Bu! Yang kemarin Ayah kirim juga belum aku ambil."
"Ya sudah!"
"Untuk les tambahan kamu besok sama Pak Rendra, kamu udah bilang ke Pak Rendra buat nambah materi?" tanya Arya.
"Belum, Yah! Erina lupa bilang."
"Tidak lama lagi ujian kenaikan kelas loh. Apa perlu Ayah yang menghubungi Pak Rendra langsung?"
"Enggak perlu, Yah! Besok sekalian Erina datang ke tempat les aja."
"Ya sudah. Jangan sampai lupa!"
"Iya."
"Enggak ada Ayah Ibu pun, kamu harus rajin belajar. Jangan karena Ayah sama Ibu pergi terus-terusan dan jarang dirumah. Bukan berarti kamu lalai dari belajar. Nanti kamu pulang Ayah udah nggak ada dirumah. Kemungkinan dua minggu lagi baru pulang," ucap Arya penuh penekanan.
Erina hanya mengangguk mengerti.
Ganura Resources adalah induk perusahaan turun temurun dari keluarga Arya. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, Arya menjadi generasi keempat yang kemudian terpilih untuk memimpin perusahaan utama. Perusahaan induk itu telah memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak dalam bidang yang beragam. Seperti kelapa sawit, makanan, minuman kemasan, hingga real estate. Arya adalah manusia yang super sibuk. Kebanyakan manusia pebisnis memang banyak menghabiskan waktu diluar ketimbang dirumah. Tak heran jika anak-anak dianggap kekurangan kasih sayang sebab jarang berkumpul bersama keluarga. Padahal, tidak semua begitu. Pandangan manusia lain dengan apa yang kita jalani tentu memiliki banyak sekali perbedaan. Erina adalah gadis beruntung yang terlahir dengan sendok perak dimulutnya. Ia tak kekurangan suatu apapun. Hanya saja, Erina dituntut lebih pengertian mengingat kedua orang tuanya sama-sama sibuk.
"Impian kamu itu tinggi, Rin! Dan masuk universitas terbaik di Inggris itu enggak mudah. Banyak anak muda yang gagal masuk kesana. Dan Ayah enggak mau kamu gagal."
"Iya, Yah! Erina akan berusaha semaksimal mungkin biar bisa masuk ke universitas itu. Seperti kemauan Ayah."
"Ayah kemarin sempat belikan kamu beberapa buku baru. Kata teman Ayah, itu buku yang bagus dan teorinya mudah dipelajari. Ayah lupa kasihkan ke kamu. Nanti Ayah taruh dimeja belajar kamu, ya!"
"Iya, Yah!"
Selesai makan, Erina bangkit dan berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Ayah! Ibu! Erina pergi dulu, ya! Assalamu'alaikum," ucap Erina.
"Wa'alaikumussalam."
....