________________
○○○
Jangan berharap orang lain yang akan sakit dan terluka, sedang diri sejatinya berada diposisi yang sama.
Karena membenci bukanlah obat yang menyembuhkan, melainkan racun yang membunuh secara perlahan.
________________
....
DISEKITAR lapangan outdoor SMA Hargin, banyak siswa-siswi yang berkeliaran saat jam istirahat. Termasuk Arjuna. Melayangkan gombalan dan saling bersenda gurau dengan dikelilingi banyak gadis memang pemandangan yang sudah biasa dilihat oleh anak-anak SMA Hargin terhadap Arjuna dan sekumpulan cewek itu. Yang membuat heran adalah, sudah tau Arjuna playboy kelas kakap, tapi masih saja ada banyak gadis yang mendekatkan diri pada pria itu. Bahkan menyatakan cinta dan terang-terangan ingin menjadi pacar Arjuna. Mereka bahkan rela jika jangka waktu mereka pacaran hanyalah hitungan hari. Sebenarnya, ada alasan, sih, dibalik semua itu. Menurut para gadis-gadis yang mendekati Arjuna, jika mereka berhasil menjadi pacar Arjuna, itu berarti mereka cantik. Cantik dalam artian disini adalah karena Arjuna mematok kriteria pasangan dengan level yang berada diatas. Cantik, seksi, modis, berbadan ramping dan proporsional, serta pandai dalam membangun suasana. Menurut mereka, itu adalah sebuah kebanggaan. Entah siapa yang awalnya mencetuskan hal semacam itu dan sekte macam apa yang sebenarnya sedang mereka anut. Benar-benar sesat.
KLANG!
Sebuah kaleng soda kosong mendarat tepat ke kepala Arjuna. Walaupun sebenarnya tidak sakit, namun rasanya harga diri Arjuna dipertaruhkan. Apalagi kalau ia sampai tau bahwa yang dilakukan itu memang sengaja. Arjuna tidak akan tinggal diam. Ia sudah beranjak dari duduknya dan menatap siapapun yang berada disekitar mereka dengan penuh emosi.
"Woy! Siapa yang berani-berani ngelempar kaleng soda ke kepala gue?! Cari mati lo?!" Teriak Arjuna.
Para siswi yang bersama Arjuna pun ikut mencari-cari dengan raut yang sama-sama kesal. Sementara disisi lain, tepatnya dipagar pembatas lantai dua, seorang wanita dengan potongan rambut model bob berlayer yang sekiranya pernah booming diera 90-an tengah mengunyah permen karet dimulut tanpa peduli. Tepat sekali. Arjuna mendongak keatas dan melihat kearahnya.
Arjuna yang melihat sosok itu pun meyakini bahwa gadis itulah pelakunya. Seorang gadis dengan dandanan tomboy yang sangat Arjuna benci. Baju seragam yang keluar, menggunakan gelang karet berwarna hitam, kalung hitam, dan rambut yang acak-acakan. Rok seragam Rainey masih dilapisi celana training karena ia baru saja merampungkan pelajaran olahraga. Rainey adalah tipe wanita yang sama sekali tak pandai menata penampilan. Tipe wanita yang masa bodoh orang lain mau memandang dan menilai dirinya seperti apa. Sangat bukan tipe Arjuna sekali.
Gadis itu meludahkan permen karetnya asal kebawah sebelum akhirnya membuat pengakuan.
"Gue. Kenapa?"
Semua mata tertuju pada sosok itu. Rainey Moona Kyle. Seorang gadis Indonesia bercampur darah Australia.
"Kenapa?! Ya, lo mikir lah! Lo buang sampah sembarangan!" geram Arjuna.
"Sembarangan gimana? Gue buang tepat ke tempat sampah loh..." ucap Rainey. "Opps! Jadi lo bukan tempat sampah? Ya sorry. Gue pikir lo tempat sampah!" lanjutnya.
"Anjir! Maksud lo apa, hah?! Cari masalah lo sama gue?!"
"Perlu gue jelasin? Cowok kayak lo, memang lebih cocok jadi tempat sampah! Apalagi lihat kelakuan lo sekarang. Elo... yang cuma modal tampang doang, seharusnya lebih sadar diri. Kalau kelakuan lo itu memang sampah!" ucap Rainey dengan senyum meremehkan diakhir kalimat.
"Heh! Jangan karena lo cewek gue enggak berani, ya, main kasar sama lo!" ucap Arjuna tak terima.
"Lo ngajak gue duel?" tanya Rainey dengan senyum meremehkannya.
"Siapa takut?!" ucap Arjuna tanpa pikir panjang.
Arjuna sudah benar-benar tersulut emosi. Siapa juga yang akan terima disaat dirinya sedang adem ayem justru dilempar pakai kaleng soda. Bukannya meminta maaf, gadis itu malah mengatai dirinya tempat sampah. Walaupun Rainey adalah wanita, tetap saja harus diberi pelajaran agar gadis itu mengerti.
"Okay! So, sekarang aja gimana?" tanya Rainey.
"Ok!" ucap Arjuna tanpa pikir panjang.
Rainey tersenyum asimetris.
"Gue tunggu dilapangan indoor," ucap Rainey yang kemudian pergi dari tempat.
Arjuna pun segera bergegas menuju tempat yang disebutkan diikuti oleh para gadisnya dan siswa-siswi lain yang melihat pertengkaran mereka.
Sementara beberapa murid didalam kelas 11-1 sedang bermain ponsel atau sekedar mengobrol santai selagi masih memiliki waktu istirahat yang cukup banyak. Termasuk Levina yang kini sedang berselancar di media sosial. Levina baru saja mengunggah sebuah foto yang diambil ketika ia berada di Nusa Penida diakun Stargram-nya. Perlu diketahui bahwa Levina adalah selebgram. Akun Stargram Levina bahkan sudah memiliki lebih dari lima ratus ribu pengikut. Levina juga telah banyak mendapatkan tawaran untuk menjadi model majalah ataupun masuk ke dunia hiburan, namun Levina menolak. Ia hanya sedang ingin fokus sekolah tanpa perlu memikirkan pekerjaan. Dengan mendapatkan banyak tawaran endorsement saja Levina sudah merasa cukup. Sementara sahabatnya, Erina yang izin pergi ke toilet belum juga kembali. Teman pria sekelasnya yang tiba-tiba muncul dipintu dengan napas tersenggal-senggal itu berteriak pada seisi kelas.
"Woy! Arjuna sama Rainey pada mau berantem!"
Seisi kelas langsung heboh. Hanya Levina yang masih berdiam diri ditempat setelah mendengar hal itu disaat anak-anak lain langsung berhambur keluar kelas untuk memastikan kebenarannya. Arjuna itu sudah gila atau apa? Kenapa, sih, pria satu itu selalu saja cari ribut? Tidak bisakah Arjuna bersikap kalem dan tidak membuat banyak masalah seperti kebanyakan anak lain? Tidak bisakah Arjuna menjadi pria yang patuh dan teladan layaknya kebanggaan setiap orang tua? Apa pula yang harus dibanggakan dari sosok Arjuna? Koleksi mantannya yang sudah sangat bejibun itu sama sekali bukan sebuah kebanggaan, melainkan citra buruk yang sejatinya melekat erat pada diri pria itu. Mungkin Arjuna sedang ingin membuat buku Shree Haricharitramrut Sagar versi kedua dengan isi nama seluruh mantan yang pernah ia miliki hingga kelak ia mati nanti. Levina mendengus kesal memikirkan hal itu.
....
Lapangan indoor itu benar-benar sudah ramai sebab para siswa-siswi telah berkumpul mengitari tengah lapangan. Dimana ditengah lapangan sudah ada Arjuna dan Rainey yang sudah saling berhadapan. Rainey sudah bersedekap dada dan melontarkan senyum meremehkan miliknya. Arjuna benar-benar salah jika memilih Rainey sebagai lawannya.
Levina menerobos anak-anak yang sedang berkumpul dan menemukan Arjuna dan Rainey berdiri ditengah lapangan.
"Gue masih kasih lo kesempatan buat batalin kalau lo mungkin cuma asal ngomong buat nge-iyain ajakan gue," ucap Rainey.
"Gue nggak akan mundur!" kekeuh Arjuna dengan penekanan pada setiap katanya.
"Ok! Tapi, jangan menyesal kalau pada akhirnya lo nanti bakal kalah," ucap Rainey.
"Ck! Dalam kamus hidup gue nggak ada yang namanya penyesalan. Hidup itu lihat ke depan, bukan mengulik masa yang udah lewat. Disini, gue cuma mau ngebuktiin kalau menang kalah itu nggak penting, tapi gue nge-iyain ajakan lo sebagai bentuk ketidak terimaan gue atas apa yang udah lo bilang tentang gue," ucap Arjuna.