Sukma merupakan anak kedua dari keluarga harmonis yang selalu memikirkan tata krama dalam berbicara dan bersikap. Orang tuanya sangat disiplin dalam urusan pendidikan dan kejujuran.
Sukma adalah gadis yang ceria, pemberani dan pintar. Ia diikutkan oleh sang Ayah dalam berbagai kompetisi mulai dari menyanyi, menari, pidato dan akting sejak berusia lima tahun.
Sukma lebih akrab dengan ayahnya, meskipun dirawat oleh neneknya. Sang Nenek tidak pernah melarangnya untuk mengunjungi rumah orang tuanya karena kebutuhannya untuk berinteraksi dengannya.
Alasan Nenek merawat dan mengasuhnya karena tidak ingin bertengkar dengan ibunya setiap hari. Nenek memiliki pandangan bahwa sikap dan sifat lebih keras dari ibunya.
Sukma pergi ke mana pun bersama ayahnya ketika pulang dinas ke negaranya. Sang Ayah bernama Nurdi merupakan Nahkoda sekaligus Kapten dalam kapal selam yang bertugas di perairan Eropa dan Amerika.
Ia selalu dibuat tersenyum oleh ayahnya hingga menorehkan segudang prestasi di bidang menari, menyanyi dan memerankan karakter. Sukma juga dilindungi oleh Ayah, Kakak dan Adik laki-lakinya.
Namun, suatu hari setelah pulang sekolah, kejadian yang sangat menyakitkan menimpanya. Ia dibawa ke rumah bordir terbengkalai dalam keadaan setengah sadar setelah meminum minuman yang diberi oleh temannya sebelum keluar dari sekolah.
Mata terpejam dan terbuka sesekali dalam keadaan samar, tapi telinga masih bisa mendengar yang diucapkan oleh beberapa pria. Bahkan, Sukma masih bisa merasakan tubuhnya terangkat, seperti digotong dua orang.
“Apakah kita lakukan bersama-sama?” tanya pria berambut panjang sambil terkekeh.
“Tidak. Dia jatahku dan harus mendapat pelajaran dariku!”
Penglihatan Sukma menangkap wajah pria bertompel dan berambut panjang dengan samar yang ada di hadapannya.
Setelah mengatakan hal itu, pria bertompel melakukan hal yang tak senonoh kepadanya dengan melucuti pakaian bawahnya. Kemudian, dia melakukan aksi bejatnya.
Pria bertompel merupakan tetangga yang menyukainya, tetapi sempat ditolak secara baik-baik olehnya. Dia bernama Adi Surya Sudrajat.
Sukma mengerang sambil mengernyitkan dahi ketika merasakan nyeri yang luar biasa pada bagian kehormatannya. Ia mencoba untuk melawan dan mendorong pria itu dengan sekuat tenaga, tapi usahanya sia-sia.
“Hentikan, aku mohon,” katanya tersengal-sengal sambil menekan dadanya dan mengerutkan alisnya.
“Aku tidak menghentikannya. Hanya ini yang pantas kau dapatkan, Sukma!” balas pria bertompel nada tinggi dan tertawa.
“Apa salahku?” tanyanya lagi lirih sambil memukul pelan lengannya dan terisak.
Air mata mengalir deras sembari mengingat wajah pria yang sangat menjijikkan agar dia ditangkap oleh polisi dan membalas perbuatannya.
Sukma lemas tak berdaya dengan tatapan kosong mengarah ke rerumputan yang panjang. Hancur sudah masa depannya.
Adi meninggalkan Sukma seorang diri di teras rumah bordir terbengkalai yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya setelah puas menyalurkan hasratnya dan merusak masa depannya.
Sukma merangkak tertatih untuk mengejar Adi, tetapi tenaga terkuras.
Rintihan, rintihan dan rintihan yang keluar dari mulutnya.