Sutejo terbelalak saat mengikuti arah pandangannya menuju Sukma. Dia melirik Nurdi yang masih menodongkan pistol ke kepalanya dengan napas naik turun cepat.
“Suk-Sukma korban dia berikutnya?” tanya Sutejo terbata-bata lalu menelan air saliva. Dia terlihat sangat ketakutan saat mengetahui perempuan yang disetubuhi secara paksa oleh Adi.
“Apa maksudmu korban berikutnya?” tanya Nurdi menekan dengan jari telunjuk yang menempel dengan tembakannya.
Sutejo menelan air saliva ke sekian kali saat Nurdi bertanya dengan tatapan yang tajam dan alis yang bertautan. Dia tampak mengetahui kemarahannya yang sangat berbahaya.
Dia mengalihkan pandangan ke sekitarnya. Beberapa orang mengelilingi mereka sambil berbisik dan membulat ketika Sutejo mengatakan hal yang aneh.
Seorang Ayah tampak mengetahui kelakuan bejat anak lelakinya. Bahkan, Sutejo mengatakan korban berikutnya dengan arti bahwa Adi telah merudapaksa perempuan lain.
“Aku pernah memperkosa perempuan lain sebelum Sukma.” Adi menjawab sambil terkekeh.
Nurdi memukul keningnya menggunakan ujung pistol dengan keras hingga tersungkur di aspal. Kening berdarah.
“Dasar, pria biadaaaab!” teriak Nurdi menatap nanar kepadanya sembari mencengkeram kerah bajunya lalu memukulnya secara brutal.
Semua orang di sekitar hanya terdiam dan menonton Adi yang dipukul Nurdi secara habis-habisan. Sutejo mematung dengan tatapan yang mengernyitkan dahi dan memandangi anaknya yang dipukul oleh tentara Angkatan Laut yang memiliki pangkat Jenderal.
Sutejo memahami perasaan seorang Ayah ketika anak perempuan dirudapaksa oleh pria yang terkenal beringas di komplek perumahannya.
Dia berlutut sambil memeluk kakinya. “Maafkan perbuatan anakku, Nurdi.” Sutejo memohon.
Pukulan Nurdi yang keras di bagian wajahnya terhenti saat mendengar ucapan Sutejo. Sutejo merupakan pegawai negeri sipil dengan jabatan staf teknologi informasi. Dia tidak bisa berbuat apa pun ketika mengetahui anak dari Jenderal Tentara Angkatan Laut kehormatannya diambil paksa oleh Adi.
“Aku tidak bisa memaafkan perbuatan anakmu sampai kapanpun, Sutejo. Dia sudah menghancurkan masa depan anakku. Dia harus mendapatkan hukuman yang pantas atas perbuatannya.” Nurdi menjawab dengan penuh kebencian sembari menatap Adi yang sudah babak belur.
“Apa yang harus kulakukan untukmu?”
“Aku mau dia mati!” Nurdi menodongkan pistol ke kepalanya. Semua orang berteriak saat pelatuk ditarik.
Adi terbelalak ketika pelatuknya ditarik oleh Nurdi. Nurid tidak takut dengan besi yang akan mengurungnya, serta tidak takut akan kehilangan pekerjaannya asal pria yang berbuat tak senonoh mati di tangannya.