SUKMA: Masa bermain yang hilang

Anggy Pranindya Sudarmadji
Chapter #5

5. Menyalahkan Takdir

“Mungkin itu adalah keputusan yang terbaik untuk kamu dan keluarga, Dik.” Caroline menjelaskan dengan lembut.

Sukma tersenyum miring. “Keputusan terbaik dari mana? Itu bukan keputusan terbaik malah mengacaukan semuanya!”

Sukma menolak dan berpikir bahwa keputusan yang diambil oleh orang tuanya bukanlah keputusan yang terbaik. Melainkan, memberi kesempatan dia untuk kabur.

Sukma membenci situasi yang plin plan. Ia tidak mengenal sosok ayahnya yang teguh pada pendirian dan prinsip. Amarah yang membara diawal mencair ketika pria beringas mengatakan perihal bertanggung jawab atas perbuatannya.

“Apa yang mengacaukan semuanya?” tanya Nurdi tiba-tiba sudah di depan pintu kamar sembari menatapnya.

“Situasi ini. Keyakinan Ayah rapuh. Aku tidak mengenal ayah,” jawab Sukma dengan intonasi penekanan sambil terisak.

“Caroline dan Bagas bisa beri privasi untuk Ayah?”

“Bisa Ayah.”

Caroline dan Bagaskara keluar dari kamar Sukma. Kondisi hati Sukma sedang berantakan dan amarah yang dipendam sedari tadi meledak di kamar.

Sukma tidak bisa menyampaikan ketidaksetujuan dan amarahnya pada banyak orang.

Nurdi mengamati kamar anak perempuan kesayangannya yang berantakan. Amarahnya mewarisi darinya sehingga tidak heran saat kemarahan meledak.

Nurdi mendekatinya yang duduk di tepi ranjang tanpa seprai dengan meneteskan air mata.

“Apakah Sukma tidak menyetujui keputusan Ayah?” tanya Nurdi lembut.

“Iya. Sukma tidak menginginkan pernikahan, Yah. Sukma masih ingin sekolah dan bermain bersama temen-teman, seperti anak lainnya yang bebas pergi ke mana pun tanpa dihantui dari masa lalu yang menyeramkan,” jawab Sukma dengan intonasi penekanan dan bergetar sambil meneteskan air mata.

“Kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya tadi?”

“Sukma sudah bilang pada Ibu bahwa tidak ingin pernikahan dan … kenapa Ayah goyah terhadap keyakinan dan prinsip?” Sukma protes dengan kesal.

“Ayah tidak goyah, tetapi memikirkan kebaikanmu, Nak. Cair—”

“Sukma tahu, tapi Sukma tidak dalam masa subur, Yah. Jadi, tidak mungkin hamil!” Sukma memotong perkataan ayahnya yang tak sanggup dilanjutkan olehnya.

Lihat selengkapnya