SUKMA: Masa bermain yang hilang

Anggy Pranindya Sudarmadji
Chapter #7

7. Tanda-tanda Kehamilan


Rizky merupakan ketua kelas sekaligus teman masa kecil Sukma yang selalu perhatian kepadanya dan memiliki perasaan sayang dan cinta kepadanya. Namun, Sukma selalu menghindarinya karena Ibu Rizky tidak menyukai ibunya.

“Tidak apa-apa. Aku bisa ke ruang istirahat sendiri dan kamu kembali ke kelas saja.” Sukma menjawab ketus lalu pergi meninggalkannya.

Sukma melangkah lebih dahulu dengan pandangan yang berbintang. Pohon, tempat sampah dan kursi yang tidak jauh dari jarak pandangnya bergerak memutar.

Sontak, Rizky reflek memegang lengannya secepat kilat saat melihat tubuh mungilnya meliuk-liuk bak daun yang hendak jatuh.

Sukma menyingkirkan kedua tangannya dengan kasar sambil berdecak. Ia berusaha melangkah lagi, tapi pandangan semakin buram dan ditahan oleh Rizky.

“Aku bilang jangan menyentuhku!” sentak Sukma sembari menatap tajam.

Rizky mematung ketika melihat Sukma yang membentaknya hanya karena membantunya agar tidak terjatuh di aspal kedua kali, apalagi kondisinya yang tidak baik-baik saja.

Angin berembus kencang saat mereka saling bertatapan. Sikap Sukma tidak seperti yang dia kenal karena berani, tetapi masih lembut dan tidak seperti seseorang yang mengalami trauma.

“Apa yang terjadi sama kamu?” tanya Rizky lembut sambil menatap lamat.

Kelopak mata dipenuhi butiran bening ketika ia membentak teman masa kecilnya yang selalu perhatian dan ada untuknya. Butiran bening mengalir perlahan di pipi kanan dan diseka secepat kilat saat dia menanyakan sesuatu yang terjadi padanya.

Sikapnya sudah keterlaluan pada Rizky yang niatnya sangat baik. Sukma pergi dari hadapannya menuju ke UKS tanpa berpamitan.

Namun, Rizky tetap menemaninya dari belakang dengan memperhatikan pergerakan seorang perempuan yang sangat dicintai olehnya.

Sikap yang dilakukan olehnya beberapa menit yang lalu tidaklah sengaja. Pikiran itu ada dalam benak lelaki yang memiliki tubuh tinggi, paras mempesona dan berambut lurus yang tebal.

Sukma telah berbaring di atas ranjang setelah meminum obat pusing. Selimut dirapikan oleh Rizky secara perlahan.

“Maaf,” katanya pelan.

“Tidak apa. Kamu istirahat, ya. Aku datang ke sini lagi waktu istirahat nanti.”

“Tidak perlu.”

“Jangan menolak. Kali ini, kamu tidak boleh menolak karena sudah menjadi tanggung jawabku untuk memastikan kamu baik-baik saja.”

“Terima kasih.”

“Sama-sama. Istirahat yang nyenyak, ya. Aku kembali ke kelas dulu.”

Sukma mengangguk sambil menatap Rizky yang menatapnya dengan senyuman lebar. Hatinya menangis ketika memperhatikan sikap manis padanya.

Lihat selengkapnya