SUKMA: Masa bermain yang hilang

Anggy Pranindya Sudarmadji
Chapter #8

8. Kamu Hamil? Siapa yang Menghamilimu?

“Aku tidak selalu cerita kepadamu.”

Rizky menghentikan lajunya di depan apotek Bina Andri. Sukma masuk dengan menunjukkan jari telunjuk kepadanya.

Kode yang dilarang untuk masuk dan mengikutinya. Namun, lagi dan lagi, semua itu tidak ada gunanya dan tetap diabaikan oleh Rizky.

“Mbak, beli alat tes kehamilan,” bisiknya sembari memperhatikan sekilas agar tiga orang sedang mengantre tidak mendengar.

“Oke. Mbak mau yang bagus dan lebih akurat?” tanyanya yang berbisik.

“Boleh,” balas Sukma berbisik.

Sukma menunggu apoteker membawa pesanannya. Hitungan detik, dia muncul sambil membawa alat tes kehamilan. Ia segera membayar dan segera memasukkan tas sekolah setelah membayarnya.

Namun, alat yang dibeli diketahui oleh Rizky. Rizky mematung dari kejauhan saat Sukma memasukkan alat itu.

Dia segera kembali ke sepeda motor agar tidak ketahuan oleh Sukma. Sukma duduk kembali ke sepeda motor sambil memegang perut.

“Maaf lama.”

“Tidak apa,” jawab Rizky ketus.

“Kamu marah sama aku karena menunggu lama?”

Rizky mengendarai sepeda motor dan mendengar pertanyaannya, tetapi enggan menjawab. Kebisuan dan sikap dinginnya diketahui oleh Sukma. Sukma hanya menghela napas panjang sambil menatap dari belakang.

“Aku minta maaf sudah membuatmu kesal dan membentakmu.”

“Tidak apa.”

“Lalu, kenapa kamu diam dan sumringah seperti tadi? Kamu kepikiran sekolah?” tanya Sukma penasaran.

Rizky membisu kembali. Dia hanya diam sepanjang perjalanan hingga tiba di rumah Sukma.

Sukma memikirkan hal lain terkait hubungannya dengan Rizky yang sudah terjalin lama sebagai teman. Bahkan, ia juga membicarakan perasaan kepadanya.

“Aku minta maaf untuk semuanya dan terima kasih.”

“Sama-sama. Apakah aku boleh tahu yang kamu beli tadi?”

“Tidak perlu karena kebutuhan perempuan,” jawab Sukma secepat kilat.

“Kebutuhan perempuan?” tanya Rizky memastikan yang dilihat olehnya di apotek.

“Iya.”

Rizky hanya tersenyum miring sambil menundukkan kepala ketika ditegaskan oleh Sukma bahwa penglihatannya memang benar. Sesuatu yang dilihat olehnya memang kebutuhan perempuan, tetapi untuk pasangan yang telah menikah bukan belum menikah.

“Kamu tadi membeli sesuatu yang bersifat sensitif?”

“Iya.”

“Apakah kamu hamil? Siapa yang menghamilimu?” tanya Rizky pelan dengan menekan dan matanya memerah saat menatapnya.

Lihat selengkapnya