Langkah Sukma terus bergerak hingga keluar rumah tanpa berpamitan kepada Ayah dan ibunya. Ia mengabaikan perkataan ayahnya yang memang membuatnya semakin takut akan luasnya dunia.
Namun, Sukma tidak bisa berada dalam larangan orang tua untuk keluar seorang diri. Ia harus memulai untuk mencoba hidup dengan trauma yang sangat berpengaruh dalam hidupnya agar tidak ketergantungan pada orang lain.
Sukma harus bisa untuk menerima kenyataan yang ada saat ini bahwa ia sedang mengandung anak dari pria bertompel dan beringas. Namun, ia masih belum menerima untuk menikah dengannya.
Sukma naik ojek pengkolan yang berada di ujung komplek perumahan setelah mengabaikan perkataan ayahnya.
“Maafkan aku, Ayah.”
Sukma merenung di teras untuk memikirkan cara dalam memutuskan dan menjalani hidup yang penuh dengan kejutan baik dan buruk.
Renungan yang membutuhkan waktu selama sepuluh menit, ternyata membuahkan hasil sampai berani melewati dan mengabaikan Nurdi.
Sikap yang tak pernah dilakukan olehnya ketika tidak setuju dengan orang tuanya. Namun, ia telah mengambil keputusan untuk menentukan hidupnya dengan menguatkan diri dan berpura-pura tidak terjadi sesuatu dan tidak pernah menganggap ada kehamilan pada dirinya.
Sukma melakukan aktivitas sekolah seperti biasa, tetapi untuk bicara dengan Rizky sudah tidak dibutuhkan. Ia tidak ingin berteman dengan siapa pun karena trauma yang masih membekas dalam diri.
Sukma menikmati kesendirian di taman dengan membaca buku di bangku panjang. Kesendirian itu membuat teman lelakinya berniat untuk mendekatinya.
Lima pria hanya melangkah lima langkah untuk mendekatinya telah mundur terlebih dahulu karena Sukma menatap tajam ke arah mereka. Banyak teman lelakinya yang menyukainya.
Namun, Sukma tidak memiliki tujuan ke arah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih hingga akhirnya muncul tidak ingin menikah dengan siapa pun karena kehidupan yang sangat pahit dan telah rusak.
Mana ada pria yang mau dengannya? Tidak ada satu pria mana pun yang akan menerima Sukma apa adanya beserta masa lalunya.
Ia sudah tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi seperti dahulu. Sukma pun tidak berani mendekati siapa pun untuk saat ini.
Sikap Adi Sudrajat berhasil membuatnya terpuruk sedalam-dalamnya.
Hari pernikahan dengannya hanya tersisa beberapa jam. Sukma berharap tidak akan pernah menjadi istrinya atau pernikahan itu terjadi.
Sisi keegoisan yang tidak ingin menyelenggarakan pernikahan dengan pria beringas masih sangat besar sehingga tidak memikirkan diri sendiri maupun keluarganya.
Bahkan, Sukma tidak mengurus pakaian pernikahan dan seserahannya. Ayah dan ibu juga tidak membicarakan hal itu kepadanya.
Ia berharap pernikahan itu tidak terjadi.