“Sukma!” bentak Nurdi dengan mata yang fokus ke jalanan.
Cassandra terdiam dengan kedua pundak terangkat bersamaan sambil meneteskan air mata setelah Sukma mengatakan hal itu. Semua kalimat yang keluar dari mulutnya memang benar bahwa dia sibuk untuk mengurusi kegiatan sebagai istri Tentara Angkatan Laut tanpa mempedulikan keempat anaknya.
Hati dan pikiran Sukma tidak bisa menampung lagi untuk memori buruk yang terus terpendam. Ia meledak ketika berada di posisi terendah dan tidak ada yang mau mendengarkannya.
Sukma menyeka air mata secepat kilat lalu memalingkan pandangan ke arah jalanan yang padat dengan awan berwarna abu-abu gelap disertai dengan angin berembus kencang.
Nurdi pergi ke KUA untuk memberi kabar bahwa pernikahan dibatalkan pada pengurusnya. Sedangkan, Sukma, Cassanda dan ketiga saudaranya berada di mobil dengan keadaan membisu hingga dia kembali ke mobil dan mengendarainya untuk pulang ke rumah.
“Asal kamu tahu Sukma, ibu tidak pernah menginginkan kegiatan itu sama sekali.”
“Lalu, kenapa ibu ikut kalau tidak suka?” tanya Sukma sinis dengan menatapnya di kaca mobil sembari menyeka air mata.
“Semua karena nenekmu. Dia yang memaksa ibu untuk ikut kegiatan agar postur tubuh dan pikiran juga terjaga. Jika ibu tidak mengikutinya maka banyak yang menganggap bahwa ibu bukan istri ayahmu, melainkan wanita simpanan.” Cassandra mengungapkan hal yang tidak pernah disangka olehnya.
Namun, ia teringat dengan sikap, tata bicara yang ditata, lembut dan berani kemungkinan bisa saja terjadi pada ibunya.
Nenek Sukma terkenal sebagai wanita pemberani yang tidak pandang dulu saat seseorang berbuat salah atau menyakiti keluarganya. Dia mendatangi rumah itu dengan seorang diri dan memarahinya.
“Ibu menyuruhmu dan mengatakan seperti itu?” tanya Nurdi yang terlihat heran.
Sukma tetap memandangi jalanan yang ramai dan hitungan detik, jalanan dibasahi oleh air hujan yang mengguyur kotanya di pagi hari hingga membuat banyak orang menepi untuk mengenakan jas hujan, menutup dagangannya menggunakan payung dan memakai payung.
Semesta tampak berpihak kepadanya. Suasana hati yang mendung diiringi dengan rintikan air hujan membuat pikiran merasa tenang dan nyaman.
Tidak ada satu orang pun berpihak kepadanya sehingga ia merasa senang ketika bumi diguyur air hujan yang tak ada batasnya untuk berhenti.
Sukma telah tiba di rumah bersama keluarga. Ia melihat pintu rumah terbuka dan tampak seperti ada tamu.
Nurdi bergegas keluar dari mobil dengan memakai payung dan membuka pintu penumpang untuk keempat anaknya. Mereka masuk rumah secara bersamaan dan terdapat sepasang suami istri yang membelakanginya dengan pakaian biasa.