“Apa maksudmu?” tanya Nurdi dengan intonasi penekanan.
Sukma mendekatkan telinga di pintu saat orang tua sedang membicarakan neneknya. Ia penasaran dengan topik pembicaraannya.
“Semua yang menimpa Sukma dan keluarga kita adalah ibu Sapuah. Dia yang menyebabkan semua ini karena melihat Adi Sudrajat menggoda Sukma dan menyatakan perasaan suka kepadanya, tetapi Sukma menolak dengan baik, tapi ibu memanggilnya ketika dia pergi ke sekolah bersama Caroline dan adiknya. Ibu memaki lelaki itu dengan kasar sampai bisa dilihat dari wajahnya bahwa Adi marah banget kepada ibu dan kemungkinan membalas perbuatan ibu kepada Sukma dengan cara yang bejat.” Cassandra mengungkapkan informasi yang tidak diketahui oleh siapa pun.
Tidak ada yang tahu penyebab dari sikap Adi pada Sukma. Mereka tahu bahwa melawan lelaki itu dengan cara yang menyakiti hatinya maka dia bisa membalas lebih dari yang dikatakan oleh Nenek.
Sontak, Sukma membulatkan bola mata sembari menggeleng pelan dan menutup mulutnya bersamaan Nurdi memukul meja dengan keras.
Ia tidak menyangka neneknya melakukan itu demi membela dan tidak menginginkan cucu kesayangan dekat dengan pria yang tidak memiliki kelakuan baik dan dinilai buruk di mata warga komplek perumahan.
Sukma tidak bisa menerima pikiran positifnya untuk mencoba memahami tindakan yang dilakukan oleh neneknya. Semua itu tetap salah baginya karena menghina seseorang, apalagi seseorang memiliki kelakuan buruk.
“Semua yang dikatakan oleh Cassandra memang benar bahwa ibu yang membuat situasi ini semakin rumit. Ibu terpaksa melakukan itu karena dia mengejar Sukma terus sampai anaknya risih maka dari itu, ibu mencoba untuk menghentikannya, tapi malah menjadi berantakan dan membuat masa depannya hancur.”
“Astaga, Bu. Kenapa ibu tidak bisa menahan lisan sama seperti Cassandra? Akibatnya ke anak saya dan dia harus menanggung semua ini. Berpikir dua kali sebelum bertindak, Bu karena bisa menghancurkan banyak orang jika tidak berpikir akibatnya.”
“Maaf, Nak.”
“Percuma, Bu. Semua sudah terjadi dan kita harus menyelamatkan dia,” balas Nurdi dengan intonasi penekanan.
Nurdi terdengar tidak ingin melanjutkan permasalahan sensitif yang terjadi di rumahnya. Dia harus bertindak untuk menyelamatkannya agar tidak sedih dan bisa melanjutkan kehidupannya.
“Bagaimana dengan pembicaraan kita tadi, Yah?” tanya Cassandra yang ingin membahas pembicaraan mereka.
“Aku tidak setuju karena dia tidak bisa pergi jauh dari kita dan sejak kecil berada di kota yang sama dengan orang terdekatnya. Walaupun tidak tinggal di rumah ini setiap hari,” jawab Nurdi menolak idenya.
Sukma hendak membuka pintu, tetapi mendengar suara ketukan pintu rumah dan memanggil nama ayahnya. Ia tetap berdiri di balik pintu dengan meletakkan telinga di pintu kamar untuk bisa mendengar pembicaraan orang dewasa.
“Permisi, paket untuk Bapak Nurdi.”