SUKMA: Masa bermain yang hilang

Anggy Pranindya Sudarmadji
Chapter #23

23. Keinginan dan Kekhawatiran

“Keadaan ibu baik-baik saja dan adikmu yang paling kecil juga baik dan sering nanya keberadaanmu.”

Sukma tersenyum. “Apakah Ayah tahu cara berkomunikasi dengannya?” tanya Sukma sambil memakan camilan.

Nurdi mengangguk cepat dan mantap. “Ayah tahu caranya.”

“Bagaimana cara Ayah berkomunikasi? Kenapa Ayah tidak memberitahuku?” tanya Sukma sedikit memaksa kepadanya.

Nurdi cemberut selama dua detik lalu tersenyum lebar. Dia suka dengan rasa ingin tahunya yang besar terhadap sesuatu yang baru.

“Kamu nanti juga tahu kalau berkunjung ke rumah Ayah.”

Sukma cemberut dengan memikirkan cara Ayah berkomunikasi dengan adik bungsu yang punya kekurangan dalam berbicara. Ia melirik ayahnya yang melahap camilannya sambil minum air kelapa hijau.

Ekspresi yang ceria dan mencurigakan baginya karena terlihat bahwa Ayah memiliki cara baru untuk berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi.

Bahkan, ia juga penasaran dengan sikap yang dilakukan oleh ayahnya saat mengasuh adik bungsunya yang sering tidak mendengar ucapan lawan bicaranya.

Sukma melirik ke arah luar kosannya dan melihat dua wanita sedang berdiri dan tampak berkomunikasi, tetapi tidak menggunakan mulut.

Sukma mengernyit atas yang dilihat olehnya karena tidak pernah menemukan hal itu di sekolahnya. Nurdi mengikuti arah pandangannya yang fokus pada sesuatu yang ada di belakangnya.

“Apa yang kamu lihat?”

“Apakah Ayah bisa memahami mereka sedang ngapain di sana? Apakah mereka sedang berbicara?” tanya Sukma heran nada pelan dan penasaran.

“Mereka sedang berbicara dan membicarakan sosok pria yang akan dinikahi oleh wanita berambut pendek dan berkulit putih.”

Sukma menoleh ke arah Nurdi secepat kilat dengan menatap mencurigakan sampai menyipitkan matanya. Ia sedang menyelidiki yang disembunyikan olehnya.

“Bagaimana bisa ayah tahu hal itu? Apakah Ayah hanya mengarang saja agar aku tidak memandangi mereka?” cecar Sukma penasaran.

“Ayah bisa bahasa mereka,” jawab Nurdi singkat.

Sukma ternganga. “Sungguh?” tanyanya lagi lalu menutup mulutnya.

Nurdi mengangguk mantap sambil mengunyah makanan dan minum air kelapa. Dia terlihat percaya diri akan jawabannya sehingga membuat Sukma percaya kepadanya.

Lihat selengkapnya