“Iya, Ayah berjanji. Ayah juga akan melakukan cara untuk membuatmu bisa bermain kembali dan melanjutkan sekolah setelah kamu melahirkan.”
“Bagaimana caranya?” tanya Sukma sambil melepas pelukan ayahnya dan menyeka air mata.
Nurdi hanya tersenyum lebar sambil menyeka air matanya. Dia tidak mengatakan apa pun lalu pergi meninggalkannya.
“Ayah pulang dulu. Kamu hati-hati di kos, ya.”
“Siap, Ayah. Kasih tahu aku kalau sudah menemukan caranya.”
“Iya, Nak.”
Nurdi melambaikan tangan kepadanya sembari menaiki angkutan umum di depan kosnya. Sukma masuk ke kos setelah angkutan umum yang dinaiki oleh ayahnya pergi.
Ia membersihkan kamar kosnya yang basah, berantakan dan penuh dengan sampah. Ketika Sukma memungut sampah di lantai, secarik kertas putih bersih dan tinta hitam yang terlihat samar diambil olehnya.
“Apa ini?”
Sukma membalik kertasnya sampai membuat bola mata membulat ketika melihat angka yang ada di kertas itu dan terdapat nama ayahnya. Angka yang jauh dari kata cukup dan lebih banyak gaji yang didapatkan olehnya.
“Gaji Ayah per minggu dua ratus empat puluh ribu?” kata Sukma sambil mengernyitkan dahi.
Hati yang sudah tenang menjadi gelisah dan seakan seluruh darah berhenti mengalir ke seluruh tubunya ketika melihat nominal penghasilan ayahnya saat ini.
Nurdi tanpa sengaja menjatuhkan secarik kertas putih yang terlihat seperti untuk membungkus jumlah uang karyawan yang didapatkan ketika diberikan kepada karyawannya.
Sontak, Sukma mengingat ekspresi ayahnya yang selalu tersenyum tanpa menunjukkan kesedihan dan kesusahan sama sekali ketika mengunjunginya malah membawa makanan dan minuman kesukaannya.
Air mata mengalir kembali ketika mengingat semua itu. Nurdi yang terbiasa memegang banyak uang dan memberikan pendapatan tiap bulan kepada istrinya dengan jumlah banyak membuatnya berpikir keseharian keluarganya saat ini.
Pendapatan Nurdi lebih kecil darinya, tetapi dia masih membelikan banyak makanan dan minuman kesukaannya.
“Ayah,” panggil Sukma sambil terisak.
Sukma tidak bisa membayangkan Nurdi diceramahi oleh istrinya ketika pulang membawa uang yang sangat sedikit daripada biasanya. Ia hapal dengan sifat ibunya yang tidak pernah bersyukur atas hasil kerja keras suaminya.
Penghasilan Sukma tiap bulan yang bekerja sebagai Admin sesuai dengan pendapatan karyawan yang telah menjadi standar upah karyawan di kotanya.