SUKMA: Masa bermain yang hilang

Anggy Pranindya Sudarmadji
Chapter #28

28. Pemberian Diterima dan Perasaan Gelisah

Sukma membisu sembari mengingat kertas seperti slip gaji ayahnya yang tidak mencapai angka satu juta dalam seminggu selama beberapa menit.

Ia menghela napas panjang dengan berat sambil mengalihkan pandangan ke arah kakak dan adik-adiknya yang tersenyum lebar ketika mendapatkan uang saku darinya dengan jumlah yang tidak seberapa darinya.

“Kenapa kamu memberi Ayah uang? Bukankah kamu juga membutuhkan uang untuk biaya persalinan? Jika kamu membagi dengan saudara dan ayahmu nanti uang persalinanmu berkurang.”

“Sukma hanya memberi saja karena ingin berbagi rezeki untuk saudara-saudara Sukma dan orang tua Sukma. Sukma minta maaf kalau memberi sedikit karena masih banyak keperluan dan harus menabung untuk biaya persalinan.” Sukma menjawab dengan hati nurani tanpa menjatuhkan ayahnya karena slip gaji yang dilihat olehnya.

Nurdi mengambil tangannya lalu amplop kecil berwarna putih diberikan kepadanya. Namun, Sukma mengembalikannya karena dia berhak menerimanya. Kebutuhan Ayah lebih banyak daripadanya sehingga berharap menerimanya tanpa dikembalikan kepadanya.

“Sukma mohon jangan dikembalikan, Yah karena uang gaji Sukma ingin berbagi dengan Ayah. Sukma juga sudah menabung untuk biaya persalinan dan biaya lainnya. Jadi, Ayah jangan khawatir dan mengembalikannya. Tolong terima, ya, Yah. Sukma hanya bisa memberi itu dan ingin merasakan berbagi uang dari hasil kerja keras Sukma.”

“Masyaallah, terima kasih, ya, Nak. Terima kasih banyak dan uang ini cukup untuk Ayah. Semoga rezeki Sukma lancar dan persalinannya berjalan dengan lancar.”

“Iya, Yah. Sukma pulang dulu.”

“Hati-hati, Nak.”

Sukma pulang menaiki angkutan umum yang sama. Selama perjalanan pikiran mengingat informasi baru yang didapatkan.

Semua informasi yang berupa fakta sangat mencengangkan hingga membuatnya terkejut tanpa bisa mengatakan apa pun. Bahkan, pikiran terburuknya muncul ketika fakta baru itu muncul hingga mengeluarkannya di depan ketiga saudara dan ayahnya.

Sukma bingung dengan jalan hidupnya sampai membuat kepalanya sedikit pusing.

Sukma tiba di kos sekitar jam tujuh malam. Ia hendak memasuki rumah besar, tetapi langkahnya terhenti karena Rizky berada di depannya.

“Sukma.”

“Rizky? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Sukma bingung sembari menoleh ke kanan, kiri dan belakang.

Sukma terkejut bukan main ketika teman sekolah menemukan keberadaannya. Ia tidak menginginkan keberadaannya ditemukan oleh siapa pun sampai menyembunyikan tempat tinggal barunya dari saudara dan ibunya.

“Kenapa matamu sembab?” tanya Rizky mendekat, tetapi membuat langkah Sukma mundur.

Sukma menelan air saliva lalu menghindar darinya dan bergegas memasuki rumah besar sampai mengunci pintu rumahnya dengan rapat dan benar agar dia tidak bisa membukanya.

Lihat selengkapnya