Sukma memandangi ayahnya yang terbaring di kasur rumah sakit dengan kaki yang berlumur darah dan tangan terpasang infus. Air mata mengalir beberapa kali dengan dada yang sangat sesak.
Sakit sekali rasanya mendengar saran dari Dokter yang mengharuskan kaki Ayah diamputasi. Sukma tidak rela melihat ayahnya yang kehilangan kaki dan berjalan menggunakan tongkat untuk ke depannya.
Ia menghela napas panjang seraya mengalirkan air mata. Berat sekali untuk memutuskan operasi atau menggunakan alat yang ditanam di dalam kakinya.
Semua memiliki rasa sakit yang berbeda-beda.
Sukma berbalik badan sembari menyeka air mata yang tiada henti menetes. Tanpa sengaja Sukma menoleh ke arah seorang perempuan muda dengan kaki diperban dan terdapat papan di belakangnya sembari menggunakan tongkat.
Ia masih membisu dengan memperhatikan perempuan muda yang duduk di kursi panjang bersama seorang pria menggunakan topi yang menuntunnya untuk duduk secara perlahan.
“Apa keputusannya, Mbak?” tanya Dokter Yuliantus yang menunggu jawabannya.
“Saya ingin melihat posisi kaki Ayah. Bisakah melakukan CT Scan terlebih dahulu?” tanya Sukma setelah melihat perempuan muda yang kakinya diperban.
“Bisa, Mbak. Saya akan melakukan CT Scan terlebih dahulu.”
Perawat dan Dokter mengeluarkan ayahnya dengan mendorong kasur rumah sakit dan dibawa ke ruangan pemeriksaan pasien. Sukma menunggu di luar ruangan sembari berjalan ke sana dan kemari dengan melipat kedua tangan di depan dada.
Sukma tiada henti memeriksa waktu di jam dinding yang ada di sekitarnya. Ayahnya belum keluar dari ruangan selama lima belas menit.
Khawatir.
Pintu ruangan pemeriksaan pasien terbuka. Ranjang rumah sakit ayahnya keluar dan pergi ke ruang UGD untuk menunggu keputusannya.
“Hasilnya keluar hari ini, Mbak. Bisa ditunggu, ya.”
Sukma melihat tulang kaki bagian pergelangan tangan mencuat keluar dan membuatnya merinding sambil meringis karena tidak bisa membayangkan betapa sakitnya yang ada di kaki ayahnya.
Sukma duduk dan berdiri beberapa kali dengan perasaan gelisah saat menunggu hasil CT Scan. Ia berharap tidak ada yang parah di bagian kakinya dan sampai harus diamputasi.
Namun, Dokter mengatakan bahwa Ayah harus diamputasi.
Seorang perawat yang mengantar ayahnya menghampirinya sembari berlari dengan wajah yang cemas.