“Iya. Hari ini setelah aku dibawa ke sini sama rekan kerjaku.”
“Bukankah semua itu ada keputusan dari keluarga? Bukan langsung dan tidak menunggu keputusan dari keluarga?” cecar Cassandra sambil menatap lamat.
“Iya, memang ada.”
“Terus? Kenapa aku tidak tahu? Apakah semua ini ulahmu, Sukma?” tanya Cassandra yang tiba-tiba mengarah kepadanya.
Kekhawatiran Sukma pun terjadi. Ia pasti disalahkan oleh ibunya ketika tidak berdiskusi terlebih dahulu dengannya.
Semua yang dilakukan oleh Sukma memang salah, tetapi memiliki niat baik untuk menutupi hubungan yang tidak baik di keluarganya di depan umum sehingga memutuskan sendiri tanpa berdiskusi dengan orang tuanya.
Sukma tidak ingin menjadi susah ketika semuanya bisa dilakukan dengan mudah tanpa harus menunggu keputusan banyak orang. Dokter Yuliantus juga mengatakan hal yang sama dan tidak meminta untuk didiskusikan terlebih dahulu dengan keluarga karena melihat kondisi ayahnya yang sangat parah dan berlumuran darah.
Tatapan Cassandra sangat tajam dan memerah kepadanya. Dia terlihat tidak rela saat Sukma mengetahui hal yang terjadi pada suaminya.
“Kenapa ibu menatapku seperti itu?” tanya Sukma pelan dengan jantung berdegup kencang.
“Apakah kamu ingin menjadi sok pahlawan di depan banyak orang? Apakah kamu ingin menunjukkan bahwa kamu adalah yang terbaik dari pada yang lain? Apakah kamu ingin menunjukkan kepada kami bahwa kamu baik-baik saja tanpa kami? Iya?” cecar Cassandra pada Sukma dengan intonasi penekanan. Nurdi memegang tangannya sambil mengernyitkan dahi dan meringis.
Cassandra menyingkirkan tangan Nurdi dengan keras hingga membuatnya menggigit bibir dan terlihat menahan rasa sakit yang ada dalam tubuhnya.
Sukma terkejut melihat sikap ibunya tidak berubah terhadap keluarganya. Ayah sedang sakit, tetapi masih bisa menampis tangan suaminya dengan kasar sampai membuat Sukma tersenyum miring dan menatap ibunya sambil menggeleng pelan.
“Kenapa tatapanmu seperti itu? Kamu merasa bosan melihat ibu seperti ini, iya?” cecar Cassandra sambil menatap tajam dan mendekatinya dengan mencengkeram kerah pakaiannya.
Sukma menyingkirkan tangan ibunya dengan pelan sembari melirik Ayah yang tampak memohon untuk tidak ribut di rumah sakit dan bisa menjaga harga diri masing-masing.
“Sukma tidak memahami keinginan dan pikiran ibu karena ibu tidak pernah bersikap lembut kepada kami. Apakah ibu menganggap kami adalah musuh bukan anak-anak dan suami ibu?” tanya Sukma lembut sembari menatapnya lamat.
Cassandra menampar pipinya dengan keras dan membuat Nurdi dan Caroline membulatkan bila matanya. Mereka tak pernah sangka bahwa ibunya menamparnya dengan keras hanya karena pertanyaan sepele.
Sukma memang sengaja mengajukan pertanyaan itu demi mengetahui jawaban dari ibunya atas sikapnya selama ini kepada anak-anak dan suaminya agar tidak berpikir buruk terhadap ibu.