Sukma menyetujui pengambilan anak darinya dan dirawat oleh pria dewasa yang sangat bertanggung jawab.
Ia menjalani hari demi hari sebagai murid setelah lima bulan berlalu dari jarak melahirkannya. Ia melanjutkan sekolah di sekolah negeri sebagai murid pindahan.
Senyuman Sukma masih belum hadir kembali di bibirnya dan sering menyendiri atas apa pun yang terjadi. Sukma masih belum bisa menerima kenyataan yang harus menjadi murid lagi karena jahitan operasi masih belum kering total.
Namun, Sukma masih tinggal sendiri di kos dan bekerja paruh waktu di tempat yang sama setelah pulang sekolah dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang berbeda.
Kini, Sukma menjadi kasir karena ia bekerja setelah pulang sekolah. Ia harus pulang jam sepuluh malam setiap hari. Setelah itu, Sukma mengerjakan tugas sekolah untuk menyibukkan diri demi melupakan sesuatu yang sudah terjadi padanya.
Sukma teringat dengan kesakitan yang luar biasa saat mengandung, tetapi berusaha tidak dirasakan dan diabaikan olehnya, menggendong dan menyusui anaknya. Walaupun ia pernah menginginkan tidak melahirkan anak itu, tetapi rasa bersalah untuk membunuhnya masih membekas.
Sukma terisak kembali ketika mengingat di masa lalunya. Kehidupan Sukma masih belum banyak warna yang cerah. Ia masih berusaha untuk mendapatkan warna cerah dalam hidupnya yang sangat menyesakkan dada.
Sukma bekerja kembali di cafe hingga larut malam karena akhir pekan. Ia pulang terakhir bersama dua temannya.
Seorang pria yang pernah satu angkutan umum dengannya sedang memandanginya dari tempat duduknya bersama satu temannya yang menikmati kopinya.
Sukma tidak menyadari itu. Ia hanya fokus untuk mendapatkan uang yang banyak demi membahagiakan diri sendiri dan bisa membeli apa pun yang diinginkan olehnya untuk menghibur diri dari masalah yang sangat kelam dan menghapus warna cerah dalam hidupnya.
Bahkan, untuk mendapatkan warna yang cerah dalam hidup harus berusaha keras untuk melupakan, memaafkan dan menyembuhkan rasa sakit di hati dan pikiran.
Semua masalah pasti memiliki hikmah yang sangat berkah. Bahkan, ia tidak pernah terpikir dengan nasibnya saat ini seperti gadis remaja yang tidak memikirkan susu, uang bulanan yang akan diatur untuk makan berdua, kebutuhan bayi dan lainnya.
Semua itu tidak pernah ada dalam benaknya, tetapi terjadi dalam hidupnya. Ia tidak bisa hidup sendiri dan masih membutuhkan bantuan orang untuk menjalani kehidupannya.
Hal itu sangat disadari olehnya, tetapi membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya secara perlahan.
Rasa percaya terhadap seorang pria pun juga harus disembuhkan olehnya karena dua kali rasa percaya dihancurkan.
Tugas Sukma saat ini sangat banyak sehingga harus membuat daftar kebutuhan untuk menyembuhkannya satu per satu.
“Hai.”
“Iya, Mas?” salah satu rekan kerja Sukma merespon sapaan pria berambut lurus, putih, tinggi dan tampan.
“Saya ingin bertemu dengan perempuan yang sibuk menghitung uang itu,” kata pria yang sudah mengincar Sukma sejak pertama kali.
“Maaf, namanya siapa, Mas?”