Seragam berwarna putih dan abu-habu masih terpakai sempurna di tubuh perempuan berwarna kuning langsat itu. Dengan wajah terlihat emosi menggebu-gebu, ia marah, ia kecewa. mata bulatnya kini sedang mengeluarkan guyuran hujan disana.
"ayah, aku ini Salmira bukan mereka! "
Namanya Salmira priyanka, . Perempuan yang hidup dengan banyak tekanan dari Ayahnya, perempuan biasa ini ingin sekali hidup dalam kebebasan, mengejar impiannya dengan caranya sendiri. Tidak dengan penekanan, tidak dengan keinginan ayahnya yang selalu menginginkan anaknya menjadi anak cerdas yang selalu menjadi primadona karna kepintarannya.
Karna itu tidak jarang ayahnya membandingkan dirinya dengan anak temannya, atau bahkan anak tetangganya yang masuk dalam penilaian terbaik menurut ayahnya.
Selain hidup dengan tekanan Ayahnya, ia juga hidup dengan kasih sayang dari kakaknya yang bernama Restu anugrahing, kakak Salmira yang kerap di panggil restu itu, begitu menyayangi adik satu-satunya, ialah yang selalu mendukung setiap mimpi adiknya. Ia jugalah yang selalu meyakinkan adiknya bahwa minpinya itu bukan sekedar bunga tidur, namun akan menjadi kenyataan.
"ayah cuma ingin kamu bisa jadi lebih baik"
Begitu yang dikatakan ayahnya, selalu begitu.
Salmira pergi, meninggalkan ayahnya yang masih ingin menceramahi dirinya. Yang masih ingin memberikan pidato menyakitkan untuk anaknya. Yang masih ingin mengeluarkan argumen yang menurutnya tidak ada kesalahan di dalamnya.
Ibu Salmira, sudah dijemput Tuhan dengab mengendari penyakit jantungnya, hal itu membuat Salmira sedih sejuta kali lipat, dulu ibunya yang selalu mendukung apa saja yang Salmira impikan, tapi sekarang. Entah? Kenapa Ayahnya sampai segitunya sekarang? Sampai-sampai ia menekan Salmira untuk melakukan yang Ayahnya inginkan.
"coklat panas lagi yah?" waiter bertubuh tinggi datang menemui Salmira, rambut kribonya ia tutup dengan topi, kulitnya yang sawo matang di baluti dengan pakaian khas waiter cafe tempatnya bekerja.
Ia adalah andika, sudah lama Salmira kenal dengannya. Bagaimana tidak tempat yang ia kunjungi ketika sedang banyak fikiran adalah cafe yang juga andika tempati bekerja, karna andika juga orangnya asik, makanya ia bisa berteman baik.
Pertanyaan andika hanya dijawab dengan anggukan dan sedikit ukiran senyum oleh Salmira.
Andika si kribo itu langsung beranjak membuatkan pesanan Salmira, coklat panas yang selalu menjadi minuman favorit perempuan berkulit kuning langsat itu.
"coklat panasnya sudah datang, khusus untuk si Salmira cantik "
"Salmira saja andika!" ujarnya denga sebyun setulus mungkin
"baiklah Salmira saja, andika banget mau masuk dulu"
Salmira hanya sedikit tertawa mendengar lelucon andika, namun tidak lama wajahnya kembali murung.
Tidak lama ia duduk di meja tempatnya meminum coklat panas itu, seorang Laki-laki datang,
"hai gue sul, kamu?"
Salmira hanya diam tidak mengubris
"maaf, hai aku sul, nama kamu?" sapa kali kedua laki-laki manis bak coklat panas itu, dengan menekan kata aku, dengan tangan menjulang ingin menyalami perempuan berkulit kuning langsat itu.
"ngomong sama gue? " akhirnya angkat bicara
"sama coklat panasnya"
Salmira berdiam sebentar, namun tidak lama bibirnya mengeluarkan suara
"ini coklat panasnya" sembari memberikan coklat panas yang sudah hampir habis, ia lalu meninggalkan laki-laki tinggi dengan laras wajah yang begitu manis. topi hitam yang dikenakan bertuliskan anak tekhnik, sudah jelas sekali ia adalah mahasiswa dari fakultas tekhnik. Namun entah tekhnik apa.
Sedari tadi berjalan, sedari tadi juga laki-laki itu mengikut seperti anak ayam yang mengikuti kemanapun induknya pergi
Salmira jadi kesal sendiri, dengan sedikit risih. sekarang ia berhenti laki-laki manis itu juga berhenti "kenap sih ngikutin terus? "
"disuruh sama coklat panasnya"
"terus gue percaya?"
"aku cuma mau tau nama kamu doang"
"nama gue gak penting juga buat lo"