Perempua itu ikut duduk di sebelah Sul, tempat ternyaman yang pernah Salmira datangi, tempat paling menenangkan yang Salmira kunjungi. entahlah kenapa Sul sampai membawanya kesini, bukit kecil yang jaraknya agak jauh dari perkotaan itu benar-benar membuat pendatangnya merasakan kebahagiaan alami, seperti halnya dengan tumbuhan hijau yang tengah menyatuh dengan bukit itu, sangat alami dan penuh cinta
"kenapa kesini? "
"karna pikiranmu sedang tidak karuan"
"kamu kok bisa tau? "
"kamu sering ke cafe tadikan? "
Salmira tidak menjawab, ia hanya menolehkan kepalanya melihat sul memperlihatkan wajah bingungnya. namun pandangan sul masih tetap menghadap ke depan. Tanpa menoleh Sul mengatakan "coklat panas tidak cukup mempan untuk merilekskan fikiran" lalu kini menghadapkan wajahnya memandang wajah bingung Salmira " lebih dekat dengan alam maka lebih mengurangi tingkat kestresan loh Sal" ujarnya kembali, ukiran senyum kembali terukir di bibir indahnya.
Kedua kalinya Salmira menjadi salah tingkah karna Sul, laki-laki itu suka sekali memberikan senyuman secara gratis, obralan saja masih punya harga daripada senyum sul.
sering kesini? "
"sering"
"sering ada masalah?"
Sul diam
"kenapa diam? "
"kamu bertanya, tapi sudah tau jawabannya"
"maksud lo? "
"setiap orang juga punya masalah sal"
"semua orang bisa menghadapinya gak? "
Lagi-lagi sul hanya diam
"kenapa jadi sering diam sih sekarang? "
"suka banget yah bertanya?"
Mulut Salmira membungkam, apa tadi ia terlalu banyak bertanya? "maaf" katanya merasa tidak enak karna sering bertanya.
"maaf? "
"karna gue sering bertanya"
" suka kok"
"suka kalau gue minta maaf? "
"suka kalau kamu banyak tanya "
"tadi katanya gak suka.."
"kapan aku bilang gak suka?"
Sul benar, kali ini ucapannya logis bisa diterima dengan baik oleh Salmira.
"terus kenapa suka? "
"suka apa?
"suka gue banya bertanya suuull"
"karna jika kamu banyak bertanya berarti kamu perhatian sama aku. Banyak bertanya artinya banyak perhatian"
"hah!!! Kepedean banget sih"