Sul and Sal

Emil Afri Yunita
Chapter #3

dipermalukan#3

WOIIII!!," Risa dan Dian, sahabat Salmira datang mengejuti Salmira yang sedang asik-siknya melamun. Tentu saja ia kaget, suara kedua sahabatnya itu seperti toa bernyawa, Toa berjalan

"apaan sih! "

"yaelah. Masih pagi juga, kenapa malah ngelamun" ujar dian, sambil menepuk bahu Salmira

"iyya iyya lah, Salmira kan si ratu melamun"

Salmira hanya memutar bola matanya, tidak menggubris omongan sahabatnya. Tidak lama itu bel sekolah berbunyi menandakan, jam pelajaran pertama akan dimulai.

Hari ini kelas 12ipa2 sedang belajar fisika. Lebih tepatnya ibu mirna si guru fisika sedang menjelaskan soal-soal yang sering muncul di Ujian Nasional, sebab ujian nasional akan diadakan satu minggu kedepan.

layaknya dongen yang diceritakan oleh bu mirna., ketiga bersahabat itu menyandarkan kepalanya ke meja yang seakan empuk. Mereka mulai memejamkan matanya, larut bersama mimpinya namun tiba-tiba suara pukulan meja terdengar begitu keras, sehingga ketiga manusia itu reflek mendongakkan kepalanya.

"YANG TADI TIDUR KELUAR SEKARANG JUGA"

"mampus kamu Diaan" ujar Dian lalu menepuk jidatnya. Sedang Salmira dan Risa hanya menggigit bibir bawahnya, karna sedikit takut.

mereka akhirnya keluar, mereka memilih pergi ke sekitar ruang alat olahrga, takut ada guru yang tau sehingga mereka di intimidasi.

"Nanti kalian milih jurusan apa?" dian membuka suara dengan pertanyaan itu

"bingung, sampai sekarang orang tua gak ngizinin kuliah"

"gue apalagi , bingung banget, ayah pasti gak setuju sama mimpi gue".

Ketiganya jadi murung, ternyata beranjak dewasa tidak semudah yang di bayangkan, ketika ia masih kecil. Entahlah bagaimana nantinya takdir akan bekerja. Apakah akan bersahabat atau mungkin jadi musuh.

"Sal, Sa, SALMIRA! ."

"apasih teriak-teri.... " perkataannya terhenti ketika, siswa berkulit putih dibaluti seragam putih abu-abu dengan rapi, ia tinggi mungkin karna ia adalah salah-satu atlet di sekolahnya, khususnya atlet basket.

"Maaf boleh pindah sebentar gak?, aku mau ambil bola, disuruh sama pak amir"

"hah. Eh i-iya" Salmira segera berpindah, yang tadinya duduk di depan pintu ruang alat olahraga, kini berpindah duduk di dekat Dian, sambil mengatur detak jantungnya yang berkerja lebih cepat, tubuhnya yang berubah jadi keringat dingin. Salmira benar-benar gugup kali ini. Bagaimana tidak laki-laki itu adalah sanjaya, seseorang yang Salmira kagumi sejak masih kelas 10

"yaelah, kenapa sih sampai gugup gitu? Kita gak lagi mau ujian praktik fisika, gak usah keringat dingin juga kali" goda Dian dengan suara agak dikerasin sedikit agar sanjaya mendengarnya.

sedang di dalam Sanjaya hanya senyum-senyum sendiri. Sedang Risa pun menahan tawanya yang sedari tadi ingin meledak.

Tidak butuh waktu yang lama untuk mencari bola, sanjaya akhirnya keluar dengan tangan tentu tidak lagi kosong, kedua tangannya membawa bola basket pesanan pak amir.

Sesaat ketika sanjaya ingin meninggalkan tempatnya menuju lapangan, tiba-tiba Risa memanggilnya.

"jayaa.. " rasti tengah memanggil jaya

"iya? " sanjaya yang kerap dipanggil jaya itu mengerutka dahinya, wajahnya seperti sedang bertanya-tanya

"Salmira priyanka suka sama kamu katanya"

Salmira menelan ludahnya, lalu menelannya lagi. Matanya membulat sempurna, mulutnya tak kalah membulat, ia benar-benar tidak menyangka, sahabatanya itu akan mempermalukannya dengan cara sekeji ini, seburuk ini, sememalukan ini.

Sedang jaya hanya senyum-senyum, senyuman yang begitu memikat, sehingga siapapun yang melihatnya ikut tersenyum karna terpanah akan senyumnya.

"aku pergi dulu yah!, takut pak Amir nunggu lama"

Ketika punggung jaya tidak terlihat lagi, ketika itu juga mulut Salmira siap untuk marah-marah.

Namun belum sempat di keluarkan oleh Salmira, Risa sudah kabur duluan

"KABUUURR"katanya setelah itu ia lari meninggalkan Salmira dan juga dian.

"dian juga cabut yah Sal" dian ikut kabur, lalu memecahkan tawanya yang sedari tadi ingin meledak

"IH RESEEEEK BANGETTT!!!!!!"

Teriak Salmira dengan tangan di kepal, kakinya ia hentakan , gak satu kali lagi, tapi berkali-kali. Ia benar-benar kesal kali ini.

Lihat selengkapnya