Snow memeluk Virgo dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya di punggung Virgo dan memejamkan matanya seolah benar-benar tidak mau melihat jalanan di sekitarnya. Virgo berulang kali mengintip Snow lewat kaca spion, barangkali gadis itu malah tertidur.
Virgo mengusap tangan Snow yang berada di perutnya. "Coba deh, buka matanya. Pemandangannya bagus meskipun jalannya agak ekstrim sih."
"Gak mau."
"Gak papa. Serius deh, gak akan nyesel."
Seperti dihipnotis, ucapan Virgo benar-benar membuat matanya terbuka perlahan dan pelukannya mengendur seketika. Snow menatap sekelilingnya. Siang itu, langit sedang indah-indahnya. Matahari yang tidak terik dan hawa yang sedang berangin membuat panas tidak cukup mengoyak pori-pori di kulitnya. Belum lagi kanan kiri yang berisikan pepohonan, membuat Snow lupa akan trauma yang memeluknya beberapa saat tadi.
"Gimana? Bagus kan?" Tanya Virgo dengan sedikit berteriak.
"Iya."
"Kadang, rasa takut ada untuk dilawan. Ia hadir memberimu ruang untuk bertindak di luar kemampuan yang pada akhirnya membuktikan bahwa kamu bisa."
Snow tersenyum hangat. Ucapan Virgo menenangkan, meskipun tidak meredakan. Hatinya kini sudah sedikit lebih jinak. Rasa takutnya masih ada, hanya saja sudah tidak begitu ia hiraukan. Terbayarlah segala ketakutan oleh hamparan alam semesta yang sedang indah-indahnya.
"Indah banget!" Pekik Snow yang membuat Virgo terkekeh.
"Indonesia itu indah, jangan di rumah terus ya."
Motor itu melaju membelas jalanan desa yang masih asri. Namun, beberapa kali mereka melintasi desa yang sudah hancur dilalap air ketika banjir. Memprihatinkan. Jarak kian menipis ditempuh dengan keringat yang mengalir bagai gerimis. Setelah menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu dengan lintasan yang cukup mendebarkan dada, akhirnya pos 2 terlihat juga tenda-tendanya.
Virgo menepikan motornya di samping mobi yang entah punya siapa. Motor itu terhenti di sana dan Snow langsung beranjak turun seketika. Gadis itu terlihat sibuk dengan ponsel di genggamannya.
Lucu.
Di mata Virgo, Snow adalah gadis yang lucu. Ia bisa menjelma menjadi seseorang yang dewasa tetapi juga bisa menjelma menjadi seseorang yang polos dan bodoh diwaktu bersamaan. Snow itu gadis yang belum pernah Virgo temui. Apalagi, di saat Virgo kehilangan kedua orang tuanya dan tidak memiliki siapapun, Snow hadir. Menjadi rumah, memberi harapan, memberi kehangatan, mengisi kekosongan Virgo, dan semuanya.
Virgo merasa mempunyai alasan untuk hidup lebih lama.
"Gimana?" Tanya Virgo ketika ia melihat Snow menghela napas kasar.
"Katanya nanti disamperin, soalnya ini masih masang torrent."
"Yaudah tunggu di sini aja."
"Iya deh, sekalian ngadem. Panasnya baru berasa sekarang."
"Sini helm-nya lepas dulu."
Snow melepas helm di kepalanya kemudian diberikan kepada Virgo. Sembari menaruh helm di atas spion, Virgo bertanya:
"Gimana tadi, indah kan pemandangannya?"
"Banget! Serius deh, gak nyesel aku lawan rasa takut aku!"
"Emang, kenapa kamu takut naik motor?"