Sulung

Ayeshalole
Chapter #9

9.

Semalam hujan lebat dan mengakibatkan rumah belajar sedikit rusak atapnya yang menggunakan terpal. Alhasil hari ini tidak bisa dilakukan proses belajar di sana. Akhirnya, setelah saling berkoordinasi dan berdiskusi, divisi psikososial memutuskan untuk bermain games dan tidak ada kegiatan belajar.

Karena kali ini kegiatan dengan anak-anak dihandle oleh Citra, Dera, dan Hilda, sedangkan anggota divisi psikososial yang lain bertugas mengawasi kegiatan. Barangkali ada anak yang jatuh atau sakit. Kali ini Snow mengawasi di pinggiran yang tak jauh dari anak-anak. Meskipun begitu, Snow tetap senang dan tidak sama sekali mengurangi rasa bahagianya.

Setelah beberapa saat sibuk mengawasi, tiba-tiba sebuah mobil datang dan membawa relawan divisi survey dan dokumentasi yang baru saja kembali setelah melihat keadaan kota dan mendokumentasikannya untuk kepentingan laporan. Snow menghampirinya.

"Gimana Mas, keadaan tempat bencana?"

Joko menggeleng pelan dengan wajah prihatin. "Masih banyak lumpur dan hampir semua bangunan hancur."

"Tanahnya juga lembek. Jadi kalau kita lompat nih, berasa lagi main trampolin." Sahut Abim ikut menimpali.

Mata Snow mendadak sendu. "Ya ampun, semoga keadaan lekas membaik. Dengarnya aja bikin prihatin."

"Rumah belajar udah siap? Atau masih dibenerin?"

"Masih Mas. Ternyata kayu penyangga atapnya patah gitu, jadi kata Adit harus diganti."

"Duh. Samperin yuk Mas." Ajak Abim kepada Joko.

"Ayo. Yaudah, kita ke sana dulu ya Snow."

"Eh iya Mas."

Snow menganggukan kepalanya sembari tersenyum dan menggeser tubuhnya, memberi ruang lebih luas untuk lewat Abim dan Joko. Setelah punggung Joko dan Abim kian mengecil, gadis itu berniat untuk kembali ke tengah lapangan. Namun, tiba-tiba seseorang mencekal tangannya dan membuat Snow berbalik badan.

"Virgo?" Ucap Snow menyebut namanya.

Lelaki itu tersenyum. "Hai."

"Kamu habis dari mana? Kenapa baju kamu kotor gitu?"

"Saya habis nyari Bapak sama Ibu. Dimanapun, saya gak menemukan mereka. Kayaknya mereka lagi mau main petak umpet deh sama saya." Virgo terkekeh di akhir kalimat.

Tanpa menjawab apa-apa, Snow menarik tangan Virgo ke arah mobil. Kemudian gadis itu meraih tisu basah yang tersimpan di dalam kotak p3k. Diraihnya wajah Virgo dan diusap dengan tisu basah. Keduanya terdiam, membiarkan kegiatan itu mengalir tanpa kata-kata.

"Saya minta maaf. Gara-gara saya, kemarin kamu jadi keinget trauma kamu."

Snow tersenyum kecil. "Aku udah gak papa kok. Udah nih, udah bersih wajahnya."

"Makasih."

Lihat selengkapnya