Semalam bantuan dari kota sudah datang. Mulai dari stok makanan, selimut, mainan, hingga peralatan sekolah seperti buku, pensil, dan lain-lain. Jadi, agenda setelah makan siang adalah membagikan bantuan yang baru saja tiba. Hari ini yang dibagikan adalah selimut.
Anak-anak berbaris rapi ke belakang, sedangkan di depan ada dua orang relawan yang membagikan selimut. Dua barisan dengan relawan yang berbeda-beda. Kali ini, Snow membagikan selimut dibantu oleh Meira.
"Ini gambar Frozen buat Yesi."
Bocah bernama Yesi itu terpekik girang sembari menerima selimut dari Snow. "Wah! Yesi suka banget!! Makasih ya Kak!"
"Iya sama-sama."
Yesi berlalu, kini berganti Rafa yanf maju. Kemudian, Snow memberikan Raga selimut berwarna merah bergambar Mickey Mouse.
"Ini buat Rafa."
Namun, bukan senang seperti teman-temannya, Rafa malah terdiam sembari menatap selimutnya dengan tatapan sendu.
"Kenapa? Rafa gak suka ya?" Tanya Snow.
"Mickey Mouse kan gambar cewek Kak. Rafa gak mau."
Snow bertatapan dengan Meira sejenak. "Hm... Tapi gak ada lagi selimutnya."
"Yaudah Rafa gak ambil deh."
"Eh, gini aja. Nanti Kakak kasih kamu selimut yang lain sama al-qur'an biar bisa ngasih hadiah ke Rifa. Gimana?"
Mendengar nama Rifa disebut, mata Rafa kembali berbinar. "Serius Kak?"
"Duarius buat Rafa."
"Yaudah deh! Tapi Kaka janji ya?"
"Iya, janji."
Rafa pergi dengan wajah sumringah seolah ada sebuah kebahagiaan yang baru saja ia dapatkan. Padahal, bocah itu baru saja bersedih perihal selimutnya yang bergambar Mickey Mouse. Namun ia langsung bahagia setelah mendengar nama adiknya disebut.
Rafa memang Kakak idaman.
Snow dan Meira berlanjut berbincang ringan sembari membereskan kardus yang tadinya dipakai untuk menaruh selimut. Keduanya juga memunguti sampah di sekitar mereka. Di tengah kegiatan asik yang mereka lakukan, tiba-tiba Citra datang dengan angkuhnya.
"Ehem. Yang ngobrol terus, minta tolong dong."
Snow dan Meira mendadak terdiam. Keduanya saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya mereka menatap Citra.
"Kenapa?" Tanya Snow.
"Gue mau ke toilet bentar, titip anak-anak."
Meira memutar bola matanya. "Kayak toiletnya di Dubai aja pakai pamit."
"Hih, gue kan gak mau melupakan tanggung jawab gue."
"Yaudah sono, pergi buruan! Sepet mata gue liat lo!"
"Eh, mulutnya!!"
"Heh! Udah yaaa! Jangan ribut!" Ucap Snow dengan tegas ketika melerai keributan yang hampir terjadi di antara Meira dan Citra.
Setelah itu, Citra pergi melengos pergi dengan wajah angkuhnya. Di belakang Citra, Meira menggeram sebal dan memberikan gestur seolah ia ingin memukul.