Sulung

Ayeshalole
Chapter #14

14.

Sudah sekitar satu jam Adit sibuk dengan anak-anak. Menentukan lagu yang akan dinyanyikan anak-anak, mengatur posisi anak-anak, dan semuanya Adit lakukan sendirian. Sampai teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala. Kalau urusan menyenangkan Snow, Adit tidak pernah kenal yang namanya lelah dan putus asa.

"Lagunya udah ngerti kan? Dihafalin yaaa. Nanti kalau Kaka Snow datang, kalian nyanyi terus Kaka Snow dipeluk deh. Nanti habis nyanyi, baru kalian minta maaf. Ada yang masih bingung gak nih?" Ucap Adit kepada anak-anak di hadapannya.

"Udah ngerti Kak!!"

"Bagus deh kalau udah ngerti. Nanti Kaka kasih tau kalau Ka Snow udah mau datang. Okey?"

"Siap!!"

Adit tersenyum lebar melihat antusias anak-anak. Ia tidak sabar melihat reaksi Snoe ketika nanti diberi kejutan oleh anak-anak. Pasti gadis itu anak sangat senang. Di samping anak-anak bermain, Adit terus memantau sekeliling. Barangkali Snow datang secara tiba-tiba.

10 menit,

30 menit,

1 jam.

Adit melirik arlojinya.

17.45

Azan maghrib sudah berkumandang dan hujan turun mendadak. Anak-anak mulai kedinginan meskipun mereka berteduh di bawah rumah belajar. Namun Adit tidak tega. Alhasil, Adit mengantar anak-anak ke tendanya masing-masing dengan rasa kecewa.

Hujan semakin deras, tetapi Snow belum juga terlihat batang hidungnya. Baju Adit sudah basah kuyup akibat bolak-balik mengantar anak-anak. Kali ini, ia harus kembali ke rumah belajar lagi untuk mengambil kunci mobil milik tim yang tertinggal di sana.

Baru saja ia hendak pulang ke rumah singgah, tiba-tiba seseorang dengan baju dan rambut yang basah kuyup juga datang. Napasnya terengah-engah dengan bibir pucat pasi dan bergetar.

"Adit, maaf. Aku... Aku telat." Ucapnya.

Adit menatap Snow dengan tatapan datar. "Anak-anak udah nungguin dari tadi. Mereka mau ngasih kejutan ke kamu sekalian minta maaf. Tapi kamu gak datang-datang. Aku gak tau kamu habis ke mana sama Virgo. Sampai aku harus bohong sama mereka."

"Aku minta maaf." Ucap Snow dengan lirih dan bergetar.

"Jangan minta maaf ke aku, tapi ke anak-anak."

Adit berlalu meninggalkan Snow yang harus melawan dinginnya hujan. Gadis itu memejamkan matanya sembari memukul kepalanya dengan tangan berkali-kali. Di bawah tetesan hujan, air matanya tak tampak sama sekali. Ia hanya terlihat memejamkan mata, tanpa ada yang tau bahwa sebenarnya ia menangis.

Entah harus bersyukur atau tidak, nyatanya hujan berhasil menyembunyikan air mata Snow.

***

Sejak aku bekerja, aku jadi tau betapa berharganya hari libur. Hari dimana aku bisa bebas tidur seharian tanpa memikirkan besok akan berangkat. Berhubung hari ini adalah hari sabtu dan juga gak ada jadwal kuliah, aku memutuskan untuk mengiyakan ajakan jalan-jalan dari Adit.

Siang itu kita berdua menyusuri kota naik sepeda motor. Hari itu, tak ada matahari yang terik sebab awan mendung datang sejak pagi. Meskipun tidak hujan, tetap saja membuat suasana menjadi berbeda.

Saat itu, Adit mengajakku makan di bawah jembatan busway. Sebenarnya ini pertama kali aku makan di sana, karena aku jarang banget ke luar untuk jalan-jalan. Namun kata Adit, ini adalah makanan wajib karena rasanya seenak itu.

"Jajanan di sini enak-enak, murah, dan bervariasi. Ada bakso ayam, terus ada siomay juga, ada mendoan, dan macem-macem sih. Tuh, lihat kan? Sepanjang jalan isinya makanan semua." Jelas Adit padaku.

"Terus kita mau makan apa?"

"Nah, ini yang mau aku kasih lihat. Kita bakal makan ketoprak! Tempatnya di ujung. Yuk!"

Aku sedikit terkejut karena tiba-tiba Adit meraih tanganku untuk digandeng. Bahkan lelaki itu tidak sama sekali merasa bersalah atas apa yang ia lakukan. Adit selalu punya hal baru setiap harinya.

Setelah sampai dan memesan dua porsi, kita duduk berhadapan. Suara kendaraan mendominasi atmosfir siang ini. Ternyata, tidak buruk juga.

"Maaf ya, cuma bisa ngajakin jajan di sini."

Aku tersenyum kecil. "Santai aja kali."

Lihat selengkapnya